4. Meet Him

10.2K 1.6K 301
                                    

Nyatanya, keberuntungan masih ada di pihak Lisa dan Jisoo. Saat sedang berteduh dari hujan sembari saling menghangatkan diri tadi, tiba-tiba ada sebuah mobil hitam berhenti di depan halte yang mereka jadikan tempat beristirahat.

Kim Jiwon keluar dari mobil itu, menarik Jisoo dan Lisa untuk memasuki mobilnya. Dan disinilah mereka sekarang. Duduk dengan nyaman di sofa yang ada di apartemen milik Jiwon.

"Tidak apa-apa jika kami tinggal sementara disini?" tanya Jisoo tak enak. Biar bagaimanapun, Jiwon sudah memberinya terlalu banyak bantuan selama ini.

"Selamanya juga tidak apa," ujar Jiwon terkekeh. Dia sudah menawarkan apartemen ini jauh-jauh hari pada Jisoo. Namun gadis itu selalu menolak. Dan sekarang, Jisoo tak punya pilihan lain selain menerima bantuannya.

"Oppa, kenapa kau baik sekali pada kami?" tanya Lisa penasaran.

"Tentu karena Oppa sudah menganggapmu dan Jisoo sebagai keluarga." Jawab Jiwon sembari mengacak rambut Lisa gemas.

"Ini sudah malam. Kalian istirahatlah. Oppa akan kembali ke sini besok." Jiwon mulai beranjak dari duduknya setelah mendapati jam menunjukkan pukul sepuluh malam.

"Oppa, bisakah besok kau membawa ayam goreng?" pinta Lisa yang membuat Jiwon tertawa. Sedangkan Jisoo semakin tak enak pada sahabatnya.

"Tentu."

.......

Sebenarnya malam ini Jisoo sudah sangat mengantuk. Tapi dia tak bisa tidur karena cukup terganggu dengan pergerakan Lisa yang selalu berganti posisi berbaring. Semakin lama membuatnya tak tahan hingga beranjak duduk dan menatap Lisa kesal.

"Kau ini kenapa?"

Wajah Lisa mendadak cemberut.
"Aku tidak bisa tidur tanpa boneka anak ayamku."

Jisoo menghembuskan napas berat. Lagi-lagi karena boneka busuk itu. Jisoo merasa menyesal karena sudah memberikan boneka itu untuk Lisa hingga membuat adiknya kecanduan seperti ini.

"Apakah boneka itu lebih berarti dari pada aku?" tanya Jisoo kesal. Niatnya berbicara seperti itu sebenarnya tidak serius, namun tampaknya Lisa menanggapi ucapan Jisoo itu dengan sungguh-sungguh hingga mengakibatkan raut sedih muncul di wajahnya.

"Bukan seperti itu," lirih Lisa yang membuat Jisoo menjadi serba salah.

"Ayo, sekarang tidur di pelukan Unnie." Jisoo menarik tubuh Lisa untuk berbaring dalam pelukannya. Mengusap surai hitam milik Lisa agar gadis itu bisa tertidur nyenyak.

"Unnie--"

"Unnie tahu Unnie lebih berharga dari apapun untukmu. Maafkan Unnie, eoh?"

Lisa menghela napas lega. Mengangguk pelan, lalu berusaha menyamankan dirinya di dekapan sang kakak. Dia benar-benar tak ingin Jisoo lupa jika yang paling berharga di hidup Lisa adalah Jisoo.

.......

Jung Jinho memijat kepalanya yang berdenyut. Menatap penuh amarah pada putra dan menantunya yang kini menunduk dengan takut di hadapannya.

Dia sudah cukup mencaci-maki kedua orang itu tadi. Tapi sampai saat ini amarahnya belum juga reda. Sama sekali tak paham dengan sikap kedua orang itu yang tak bisa bersikap pantas pada anak sendiri.

Walaupun Jisoo adalah anak angkat mereka, tapi tetap saja di mata hukum Jisoo adalah anak mereka. Terlebih karena keberadaan Jisoo, mereka bisa mendapatkan Lisa di antara mereka.

"Kau malu dengan keberadaan Jisoo, lalu kenapa dulu kau mengadopsinya? Kami tidak memaksa kalian untuk membawanya kemari. Tapi kalian sendiri yang sudah jatuh hati padanya." Jinho kembali bersuara dengan nada marah. Semakin membuat kepala Yunho maupun Chaerin menunduk.

More Than Sister ✔  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang