9. Her Fact

8.4K 1.4K 163
                                    

Lisa merasa sudah dipermainkan oleh takdir. Memberi harapan pasti, namun tak beberapa lama harapan itu hancur lebur tak berbentuk. Membuat Lisa tak habis pikir dengan jalannya kehidupan yang sedang dia lewati.

Saat ini, Lisa hanya bisa menangis di pelukan Chaerin. Kemarin, kakaknya itu sudah tersadar dari koma. Namun malam ini Jisoo tiba-tiba muntah darah dan kembali kritis. Dokter bilang, paru-paru kakaknya saat ini dipenuhi oleh darah. Dan terpaksa Dokter memasang selang dada untuk mengeluarkannya.

Jika saja hukum di negaranya tak ada, maka dengan suka rela Lisa akan membunuh Jaejoong saat ini juga. Menurut Lisa, pria itu tak mendapatkan hukuman yang setimpal. Dia masih bisa bernapas dengan baik, makan dengan baik, dan tidur tanpa takut malaikat maut akan menghampiri.

Sedangkan Jisoo, dia harus melawan rasa sakit yang teramat hanya untuk sekedar bernapas. Lisa merasa dunia tak adil. Kakaknya adalah orang baik, namun harus mendapat cobaan seperti ini. Entah bagaimana akhirnya, Lisa sangat takut membayangkannya.

"Tidak bisakah kita ikhlaskan saja kakakmu, Sayang? Dia sangat tersiksa. Dokter bilang tubuhnya bisa rusak jika alat itu terus berada padanya." Untuk pertama kalinya, Yunho membujuk Lisa untuk melepaskan Jisoo. Dia sudah tak tahan melihat Jisoo yang terus kesakitan tanpa mendapat hasil apa pun. Untuk apa mempertahankan jika akhirnya tetap pergi. Itu hanya akan menyiksa Jisoo lebih lama.

"Aku... Akan melepaskannya." Lirih Lisa yang kini sudah tak menangis lagi. Namun pandangan matanya begitu kosong.

"Tapi, bisakah tunggu dua hari lagi? Aku ingin memberikannya hadiah ulang tahun, sebelum dia benar-benar pergi." Pinta Lisa, yang tentu di angguki oleh Yunho. Mulai sekarang, dia akan menyiapkan batin untuk dua hari ke depan. Karena hari yang seharusnya membahagiakan, akan menjadi hari terburuk untuk mereka.

.......

Sudah hampir dua bulan Lisa tak memasuki sekolahnya. Dia sudah tak peduli. Lagi pula, jika kembali sekolah pun dia tak akan bisa mengikuti kegiatan belajar dengan baik. Karena kepalanya hanya di penuhi oleh sang kakak.

Setiap pagi, Lisa akan menelusuri koridor rumah sakit dengan kepala menunduk. Hari-harinya memang selalu berada di sana. Dia tak pulang ke rumah, tak makan dengan baik, tak tidur dengan teratur, dan istirahat pun hanya dia lakukan di kursi tunggu.

"Hey, Nona. Kita bertemu lagi." Sapaan itu membuat Lisa mendongak. Dia menyipitkan matanya melihat Jeon Jungkook sudah berdiri di hadapannya dengan senyum manis.

"Kau tampak pucat." Komentar Lisa pada wajah lelaki tampan itu. Tapi Jungkook menanggapinya dengan kekehan. Yang menurut Lisa begitu aneh.

"Kau juga." Barulah saat itu Lisa ikut tersenyum. Lalu duduk di salah satu bangku tunggu bersama Jungkook di sampingnya.

Mereka memilih untuk diam. Menatap hamparan taman yang tepat ada di depan mata. Bahkan keduanya tak sadar jika bertemu di depan taman. Mereka sama-sama memiliki beban pikiran saat melangkah tadi.

"Jung Lisa, itukah namamu?" Lisa menoleh dengan kaget ke arah Jungkook. Dia tak pernah memberitahu namanya, tapi mengapa lelaki itu bisa tahu?

"Tahu dari mana?" tanya Lisa bingung.

"Ingin tahu sebuah fakta mengejutkan?" Lisa tidak tahu apa kekuatan yang ada di dalam tubuh Jungkook. Tapi lelaki itu tak pernah lupa untuk tersenyum.

"Mwo?"

"Aku... Adalah putra Dokter Jeon Seungji. Dokter pribadimu." Beritahu Jungkook, dan Lisa hanya mengangguk paham.

"Dan tadi aku mencuri sebuah berkas di meja ayahku." Dengan senyum simpul, Jungkook memperlihatkan sebuah berkas di tangannya. Yang entah kenapa membuat perasaan Lisa menjadi gusar.

More Than Sister ✔  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang