12. Cinta yang di permainkan.

11 0 0
                                    

Kemesraan slalu jadi satu kenangan manis..
*******

A

ku mulai pasrah dengan takdirku. semua memang salahku.

Setelah kejadian dia merengut keperawananku, aku merasa dia seperti sengaja menjauh.

Seminggu 2 minggu kita masih berhubungan via telpon dan chat. Tapi pertemuan kita semakin jarang dan renggang.

3 minggu setelah kejadian itu dia tak ada menghubungiku sama sekali.

Aku mulai bingung dan gusar aku mencari kabarnya tapi naas, aku tak tahu rumahnya. Yang aku bisa hanya menstalking akun sosmednya dan menunggu kabar dari dia jika dia mau membalas pesanku. Tapi satupun tak ada yang dijawab.

Mendekati minggu ke empat dia mengabariku dengan langsung menelpon.

"Hay!" sapanya lembut.

"Masih inget?" tanyaku dengan nada males.

"Maaf Sayang, hp aku rusak aku gak ada hp lagi buat ngabari kamu." Dia beralasan dengan nada memelas.

"Ohya?" jawabku pendek tampak tak tertarik.

"Iya bener! Sekarang kita ketemuan ya? aku bakal kasih lihat kalo kamu gak percaya." Aku berpikir sejenak sebelum menyanggupi ajakannya.

"Oke." putusku singkat, dia langsung memutus telpon dan seketika sudah tiba di basecampku.

"jalan sebentar ya?" dia mulai merayuku.

"Hemmm." Aku mengiyakan malas. Dia memboncengku dan membawaku keliling kota. Sampai di taman stadion sepak bola dia berhenti.

"Nih kalo kamu mau lihat!" Dia mengeluarkan hp dari sakunya. Dan benar saja hpnya rusak layarnya hitam hampir separo layar dan dia bilang dia tak punya uang untuk memperbaikinya.

Aku teringat aku punya 2 hp 1 android yang aku bawa dan 1 lagi hp jadul.

"Nih bawa aja, aku masih ada 1 lagi di basecamp." Aku menyodorkan hp android yang ku bawa saat ini.

"Beneran sayang?" Aku mengangguk.

"Makasih ya!" Dia memelukku penuh haru kita ngobrol sebentar dan pulang karena malam mulai larut.

****

Setelah malam aku meminjamkan hpku buat dia. dia masih tetap tak ada menghubungiku entah itu sms maupun telpon.

Sial! Laki-laki itu memang brengsek.

Aku coba menghubungi bahkan coba nekat mencari rumahnya tapi, yang ku temukan malah orang lain.

"Cari siapa?" tanya seorang laki-laki sebayaku.

"Riki," jawabku mantap.

"Dia gak ada, sedang keluar kota. duduk dulu!" Dia mempersilahkanku duduk dan mengamatiku dari bawah ke atas.

"Lu siapanya Riki?" tanya dia lagi.

"Pacar," jawabku pendek.

"Hemm, dia ga pernah cerita. Boleh minta nomer lu buat gua save? Gua Arif teman sepupu sodaranya Riki." Aku terdiam memikirkan tawarannya.

"Bukan buat apa-apa buat ngabarin lu aja kalo nanti Riki udah pulang."

"Oke." Aku langsung mengiyakannya dan memberi nomerku pada Arif ini.

Sebelumnya kalian tak kan sadar kalo aku akan jatuh lebih dalam lagi pada bencana yang semakin memporak-porandakan hidupku.

Sayangnya pada saat itu aku belum sadar dengan rencana tuhan terhadapku dan aku hanya mengikuti alur hidup yang sudah di rancang rapi oleh Sang pencipta.

****

Seminggu berlalu namun Riki masih tak ada menghubungiku. Entahlah dia seperti hilang ditelan bumi.

Semenjak kedatanganku kerumahnya dan bertemu Arif, hubunganku dan Arif pun semakin intens. Dia semakin sering menghubungiku bahkan mengajakku keluar buat jalan.

Aku iyakan aja, toh Riki udah gak ada dan dia ga jelas gantungin hubungan ini.

Bersama Arif karena aku mulai merasa nyaman aku cerita tentang apa yang diperbuat sodaranya padaku. Dan tentang hubunganku yang tak jelas ini padanya.

Sebelumnya aku sangat menutup rapat hal ini. Aku tak berani cerita pada siapapun termasuk sahabatku sendiri.

Mungkin karena sikap Arif yang sangat care padaku, aku berani menceritakan beban berat yang selama ini ku pikul sendirian.

"Kamu yang sabar, ya?" ucap dia kala malam itu. Dia memelukku dan membelai lembut kepalaku. Aku sungguh merasa nyaman bersamanya.

"Tesya." Dia memanggilku. Aku menoleh padanya.

"Kamu memang cantik." Dia mulai membelai pipiku lembut. suasana malam itu sangat sunyi ditemani bulan purnama yang sangat terang dan ombak laut yang rendah, semua sangat indah.

"Makasih," jawabku malu-malu.

"Boleh aku menciummu?" Aku tak menjawab. Darah ku berdesir cepat jantungku berdegup kencang dia meraih tubuhku dan menidurkan di atas pasir putih.

"Aku akan mencintai dan menjagamu," bisiknya lembut di telingaku. Aku tak menjawab apapun yang dikatakannya. Semua perkataanku hilang saat dia menyapu lembut bibirku dan bibirnya.

Terakhir yang kuingat hanyalah suara deru desahan yang teredam suara ombak yang bersahutan di luar sana.

Aku seperti lupa dimana aku berpijak. Dia benar-benar membuatku melayang, merasakan hilang terbang ke surga.

Aiisshhh maaf ya aku emang gabisa nih buat part dewasa jadi aku gantung aja hehehrrr

Story of lady punk (tesya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang