21. Terbukanya gerbang menuju masa depan cerah.

4 0 0
                                    


Aku pernah sangat berharga ... semua orang memujaku ....
Sampai kau datang, dalam hidupku semuanya berubah.

****

Aku tak pernah berhenti memikirkannya bahkan sampai detik ini. Aku masih memikirkannya.

Oh, God. Bagaimana bisa aku move-on dari orang hampir sempurna seperti dia?

Setiap malam aku masih sering bermimpi tentangnya. Menangisinya saat mabuk.

Lalu, ketika sadar hatiku semakin perih.

Banyak laki-laki yang datang namun tak bisa mengisi tempat kosong di hati ini.

Andai waktu kembali. Aku ingin memperbaiki semuanya.

"Aku sayang, Ri sama kamu. Harus bagaimana ku buktikan hal ini?" Racauku saat tengah mabuk malam itu.

Setengah menangis dan tertawa bahkan teman-temanku banyak yang iba.

Semakin tahun kurasa rindu ini semakin membunuhku. Sampai saat itu, tiba-tiba dia menelponku.

"Hay!" sapanya ringan seperti dulu.

"Siapa?" Aku berusaha tegar.

"Kamu masih semanis dulu, Tes," ungkapnya tanpa rasa malu.

Langsung ku matikan telponnya.

Bagaimana bisa dia dapet nomorku lagi?

Tak lama kemudian dia mengirim chat via whatsaap padaku.

Rian : Tesya 😊😊😊

Me: Nggak kenal salah sambung.

Rian: Tapi aku kenal sama kamu. Aku selalu mkirin kamu.

Me: Ngomong apa'an sih!

Rian: Nanti siang kita ketemu di tempat kita dulu ya? Aku tunggu.

Aku hanya melihat chatnya . Bukankah ini yang ku tunggu? Tapi kenapa aku jadi ragu?

Sepanjang jalan aku hanya melamun, akhirnya aku terduduk di taman kota dengan tatapan kosong. Entah apa yang ku pikirkan.

"Kok melamun?" sapa seseorang tiba-tiba. Aku hampir terkejut. Kemudian mendengus gusar.

"Apa'an sih! Mau tahu urusan orang aja," ucapku ketus.

"Sedari tadi aku lihat kamu melamuun aja. Ehmm, aku tau pasti kamu masih kepikiran sama pertemuan dan kenalan kita ya? Wajar sih pasti aku cowok paling ganteng yang pernah kamu temui." Dia tersenyum bangga sambil terus nyerocos tanpa berhenti.

Ya Tuhannn! Mengapa aku harus bertemu orang ini saat seperti ini sih?

Dari awal ketemu dia tetap menyebalkan.

"Raffi. Atau siapa nama kamu, pliis deh, kalo kamu ke sini cuma buat ganggu aku mending pergi jauh-jauh." aku berusaha beranjak menjauhinya.

Dia masih mengikuti di belakangku. Aku semakin sebal dengan sikapnya.

"Lu apaan sih! Gua sibuk jangan ikuti gua!" bentakku kasar.

"Aku cuma berjalan-jalan aja disini." Dia berkata dengan senyum usilnya.

"Mau lo apa? Belom puas gua maki-maki kemarin?"

"Aku hanya ingin menjadi temanmu ..." Dia memberi jeda dalam katanya.

"Aku tulus kok nggak ada maksud apapun," ungkapnya kemudian.

Aku berpikir sebentar, sepertinya tak ada salahnya juga.

Story of lady punk (tesya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang