26. kabar bahagia

2 0 0
                                    

"Oke, selesai. Good job, Tes!" Seruan itu terdengar sangat bahagia. Akupun puas dengan hasil rekaman terakhirku tadi.

Aku segera membereskan peralatan dan keluar.

"Bagus banget," puji pria itu.

Aku hanya menanggapi dengan tersenyum.

Dia masih mengikuti langkahku. "Mau makan siang bareng?" Tawarnya.

Aku mengecek hpku, siapa tahu ada yang janjian sama aku tapi aku lupa.

Ternyata emang nggak ada. "Nggak deh, gue mau langsung balik. Udah nggak ada jadwal lagi kan?"

"Nggak ada, untuk hari ini gak terlalu sibuk. Ya udah kalo gitu," ucapnya penuh senyum.

Aku mengambil tas selempangku dan segera keluar studio. Melambaikan tangan dengan penuh senyum kepada staf-staf yang bekerja di sana.

Oh, ya. Aku punya pecel tadi pagi. Masih bisa di makan nggak ya? Mau aku kasih ke Nadya. Dia pasti udah nungguin aku.

Aku berjalan pelan menyusuri jalan raya. Siang ini awan tampak mendung seperti akan hujan.

[ Penjualan album pertama kamu berhasil mencetak rekor! Good job, Tes! Aku tau kamu sehebat ini.]

Aku membaca pesan yang baru saja masuk. Raffi pemilik agensi yang merekrutku yang mengirimkannya.

[Honor kamu nanti aku kirim di rekening yang aku buat kemarin. Semangat, Tesya!] Imbuhnya lagi.

Aku tersenyum hangat. Aku kira akan sangat menakutkan. Tapi aku bisa mengatasi ketakutanku selama ini.

"Aaahh! Bahagia banget gua!" Teriakku bahagia tak perduli dengan tatapan sekitarku yang memandangku aneh.

Aku segera berlari menuju basecamp. Menemui sahabat-sahabatku yang selalu menyuportku.

*

"Helloooo epribadehhhh," teriakku kencang saat memasuki basecamp.

"Tumben ceria," balas Alan.

Aku hanya cengengesan nggak jelas.

"Pasti ada hal bagus yaa?" Seru Nadya kemudian.

"Coba kalian tebak!" Aku menenteng beberapa botol bir dalam kantung kresek hitam.

"Widih, beer nih. Kayaknya ada yang habis gajian." Alan mencolek daguku. Aku terkekeh geli.

"Gue traktir kalian hari ini. Sepuasnya!" Ucapku lantang.

Semuanya berseru bahagia. Iya! Aku juga bahagia kok. Siapa yang bakal nyangka kalo suaraku bakal laku di pasaran? Bahkan katanya trending nomer satu di aplikasi musik ternama.

Aku berpamitan ke dalam sebentar, Nadya mengikutiku. Dia mencolek-colek tanganku.

"Apa sih, Nad?"

"Ada apaan nih lo main traktir-traktir gini?" Tanyanya to the point.

"Emang nggak boleh?" Aku balik bertanya.

Dia mengendikkan bahu, " Pasti ada alasannya kan?"

"Kasih tahu nggak yaa?" Aku mencoba menggodanya.

"Yodah kalo mau main rahasia-rahasiaan!" Dia cemberut, menghentakkan kaki lalu beranjak akan pergi. Aku mencekal tangannya.

Masih dengan wajah tersenyum. Aku memegang tangannya.

" Ngambek nih yee, iya-iya gue kasih tau," ucapku kemudian.

Dia bersedekap dada memandangku.

"Gue dapet kabar kalo album lagu gue terjual habis kemarin bahkan lagu gue jadi trending nomer 1 di aplikasi musik ternama." Aku menjelaskan dengan bahagia.

"Lo serius?" Tanya Nadya ikut tak percaya. Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Ini sih hal hebat! Ayo buruan kita rayain bareng-bareng." Dia segera menarikku sampai aku ikut bangun.

Dan di sinilah aku berbahagia dengan saudara yang tidak sedarah denganku. Tapi persaudaraan kami melebihi apapun sekarang. Aku bahagia bersama mereka.

****

Story of lady punk (tesya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang