17. Solidaritas seorang sahabat

4 0 0
                                    

Semua hanya tentang waktu kawan ....

****

Aku berlari tergesa menembus malam yang mulai gelap.

Sesampainya di depan basecamp, ku dengar hiruk pikuk tawa teman-temanku. Tak tahu mengapa emosiku seperti langsung meluap. Aku berjalan dengan penuh amarah, sampai di depan mereka aku menggebrak meja.

Bruakk ... Nafasku masih naik turun.

"Lu apa-apa an sih, Tes! Datang nggak salam malah marah nggak jelas. " Mataku melotot mendengar perkataan Rendy salah satu temanku.

"Kalian sadar woy! Teman kita lagi sekarat dan kalian asik mabok gini aja?! Sadar! Siapa yang bertanggung jawab dengan semua ini! " Aku masih berusaha menahan tinjuku untuk menghajar mereka semua.

"Sabar Tes, kita bicarakan baik-baik. " Doni yang di sampingku mencekal tanganku.

"Yaelah, mati hidup buat anak punk itu biasa kali, lebay amat ah," celetuk seseorang di belakang. Aku menghampirinya mengamati wajahnya yang asing.

"Lu siapa? " tanyaku pelan.

"Lu sendiri siapa! Dateng-dateng malah marah nggak jelas." Dia menanggapi omonganku enteng.

"Kalo mati ya udah biarin aja toh, kita ini sampah nggak ada harganya." Dia tertawa hambar menatapku. Aku mencekal bajunya dan mengangkatnya hingga kakinya tergantung.

"Gua, Tesya Putri Wijaya senior di basecamp ini dan yang lagi sekarat itu Nadya sahabat gua, nyawa gua pun bakal gua kasih ke dia! Lu yang siapa? Lu salah nyari masalah sama gua bocah!" Aku hampir mencekiknya, melemparnya ke lantai dan hampir menginjak-injaknya jika tidak di lerai oleh teman-teman.

"Urus dia! Buang ke kali. Gue nggak mau ketemu wajah keparat ini lagi." Teman-temanku segera membawanya pergi aku memegangi kepalaku pusing, sialan benar hari ini.

"Apa yang bisa kita bantu, Tes? " ucap Doni yang tiba-tiba di hadapanku.

"Gue butuh uang buat nebus Nadya, masa kritisnya sudah lewat. " Dia mengucap syukur kemudian nampak berpikir. "Berapa? "

"800 ribu, belum besok akan nambah lagi aku punya simpenan 300 ribu," ujarku sedih.

"Kita bantu. Kita akan minta donasi teman-teman secepatnya. Jika sudah terkumpul aku akan langsung menyusul ke puskesmas. Kamu segera balik dan lihat kali aja Nadya sudah sadar, " ucap doni tegas. Aku terharu, aku memeluknya penuh hangat sebagai sahabat.

"Gue tahu gue selalu bisa ngandalin lu, thanks, Don. " Aku melepas pelukannya dan segera berlari ke puskesmas lagi. Semoga saat sampai sana Nadya sudah sadarkan diri.
Aku sangat merindukanmu sahabat.

*

Sesampainya aku di ruang rawat Nadya. Ku lihat dia sudah sadar dan tersenyum menatapku yang mematung di depan pintu.

"Apa kabar sahabatku? " sapanya membuat hatiku makin tersayat pedih.

Aku tak menjawab dan langsung menghambur ke pelukannya.

"Jangan ngomong apapun, Nad. Gue hampir gila dan hampir nggak bisa maafin diri gue sendiri kalo lo nggak bangun."

Dia mengelus-elus pundakku hangat. Senyumnya masih semanis dulu.

"Gue tahu gue salah, gue egois ninggalin lo demi perasaan nggak jelas ini. Saat gue sadar dan mau kembali gue lihat lo seperti ini. Gue emang bodoh." Aku menghapus linangan air mataku yang jatuh perlahan.

"Hey, lu kenapa? Bukan salah lu kok, gue yang bodoh nggak bisa jaga diri sendiri."

"Iya, lo emang bodoh banget," ucapku membersit ingus sebentar.

"Lo emang sodara sekaligus sahabat paling baik, Nad." Aku memeluknya lagi.

Sesaat kemudian teman-teman datang mengucapkan salam.

"Ini uangnya, Tes sudah terkumpul 1juta, segera lu tebus obat dan bawa Nadya pulang gih!" Doni datang membawakan uang yang dia janjikan.

"Kalian emang yang paling bisa di andalkan." Aku memeluk mereka satu persatu. Kemudian segera berlari menuju meja resepsionis untuk membayar semua tagihan.

Sekembalinya aku Nadya sudah lebih sehat dan ceria.

"Bagaimana, Tes?" tanya Rendy.

"Yuk dah beres, Nadya siap pulang kan? " Dia mengangguk kemudian kami semua membantu dia bangun dan membereskan perlengkapannya.
Aku nggak tahu apa yang lebih harus ku syukuri dari ini semua sahabatku lebih berarti di banding keluarga ku sendiri rasanya.

Aku sangat bersyukur di beri sahabat yang sangat saling menyayangi.

****

Story of lady punk (tesya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang