5. Kebahagiaanku membuat Ferdy sakit hati.

28 1 1
                                    

Hanya kepedihan, yang selalu datang menertawakanku ... kau belahan jiwa tega menari indah di atas tangisanku.

****

Sang surya sudah menampakan sinarnya lumayan terang. Aku tergeragap bangun dan mendapati aku tidur berselimut sarung dan jaket entah milik siapa.

Di depanku ada nasi bungkus serta teh hangat. Ku pegang masih hangat berarti ini baru saja di beli.
Aku memberesi semua dan berlalu menyusul Nadya yang juga sedang asyik sarapan.

"Thanks ya, lu emang temen gua yang paling baik," ujarku kemudian membuka bungkus nasi itu.

Dia memutar bola matanya tanda tak mengerti.

"Gua gak nglakuin apapun buat lu, Tes."

"Lha trus ini siapa?"  tanyaku semakin bingung.

"Ealah, kayak gak tau aja siapa lagi kalo bukan mas Ferdi." Dia menyenggol lenganku kemudian terkikik geli.

Aku terdiam gak di makan sayang, perut juga laper di makan takutnya dia salah tangkep lagi.

"Kenapa? Kok nggak jadi dimakan?" tanya Nadya lagi yang melihatku melamun.

"Ya sudah, buat gua aja dahh." Dia hampir mengambil nasinya.

"Eeehh, jangan!  Gua juga laper kali,  mubazir mumpung ada yang ngasih." Aku segera melahapnya cepa-cepat sampai mulutku penuh.

Sontak tawa Nadya pecah melihat tingkahku ini.

Seusai makan aku hendak pergi mencari toilet untuk membasuh mukaku. Tapi, langkahku terhenti kala mendapati pesan masuk di hpku.

aku tunggu di alun alun ya mumpung car freeday nihh. Rian.

Aku tersenyum masam dan lekas bersiap-siap. Entahlah aku selalu bahagia mendapati ternyata Rian begitu peduli padaku. Tanpa tau maksud dan tujuan sesungguhnya.

Yang ku tahu aku seperti hidup kembali sekarang setelah mengenalnya.

****

Flasback on (Ferdi)

Aku melihat punggung itu perlahan menjauh dariku. Tampak bergetar, mungkin dia akan menangis sepanjang jalan. Bodoh! Aku memang bodoh telah menyakitinya.

Tak dapat ku tahan aku mengikutinya diam-diam dari belakang. Dia bergabung dan bermabuk ria dengan gerombolan teman-temannya.

Lalu dia tertidur begitu saja setelah puas berminum. Tak dapat ku cegah. Aku tak tega melihat dia tergeletak begitu saja.

Aku membopongnya, menidurkan di tempat yang lebih layak dan hangat. Ku beri dia jaket dan sarungku juga agar dia tak kedinginan.

Dia masih bergumam mengumpatiku. Menyuarakan keputus-asaannya padaku. Hatiku seolah pedih melihat dia begitu terluka. Aku membelainya agar dia segera melupakan kenangan buruk tadi.

Setelah dia tertidur. Aku bergegas pergi meninggalkannya. Aku mengawasinya dari kejauhan. Aku terjaga semalaman demi menjaganya.

Lalu pagi mulai datang, aku menguap sangat lelah karena semalaman tak tidur dan baru tidur satu jam yang lalu. Ku lihat, Tesya belum bangun.

Segera ku bergegas membelikannya sarapan dan minuman hangat. Aku menaruh di sampingnya tepat lalu ku bergegas pergi dari sana.

Aku belum siap bertemu dengannya secara langsung. Aku terlalu takut akan penolakannya. Ku lihat, dia makan dengan lahap. Aku menghembuskan nafas lega.

Selesai semua itu ku lihat Tesya bangkit dan mulai bergegas pergi. Aku penasaran dan ingin mengikutinya.

Dia pergi ke alun-alun, aku masih mengawasi dari jauh. Dia duduk di atas trotoar dan seperti menunggu seseorang.

Story of lady punk (tesya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang