6. Sahabatku berubah.

21 1 0
                                    

Sudah seminggu semenjak Rian menyatakan cintanya padaku, dan apalah dayaku, aku tak mampu menolaknya. Hatiku juga begitu menginginkannya maka dari itu aku menerimanya. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Seminggu ini pula aku tak pernah melihat kehadiran Ferdy, entah kemana dia.

Malam ini Rian mengajakku jalan berdua. Ah, nggak tahu kenapa hatiku jadi deg-deg'an banget. Semoga tak ada apapun yang menghalangi jalan kami.

*

Aku menunggumu di taman kota sayang. Rian.

Aku membaca pesan singkat dari Rian dengan gelisah. Aku memandang diriku lagi di depan kaca. Aku sudah pantas apa belum, ya?

"Kenapa?" tanya Nadya saat melihatku sedang mematut diri di depan cermin.

"Penampilan gue udah pantes belom, sih?"

"Hemm ... Kayaknya kurang make up aja deh," jawabnya sambil memandangiku dari bawah ke atas.

"Aku nggak pernah make up'an jadi gimana dong? Aku juga nggak punya bedak," ungkapku panik, rasa gelisahku kian bertambah.

Nadya mendekatiku lalu mulai menata rambutku perlahan, dia juga mulai mengeluarkan alat make upnya seperti bedak dan lipstik.

"Lu punya make-up?" tanyaku heran.

"Iya dong, gua kan cewek. Meski jarang gua pake juga sih." Dia menjawab sambil terus menataku.

"Sempurna, cepetan sana susul pacar lu! Udah di tungguin 'kan?"

Aku memeluk tubuhnya dan berkata, "Thanks, Nad. Lu emang sahabat gue yang paling baik."

"Sama-sama," jawabnya singkat. Dia tersenyum kemudian aku bergegas pergi meninggalkannya menuju Rian yang sudah pasti menungguku sejak tadi.

***

"Kamu udah lama, ya nungguin aku?" tanyaku hati-hati dari belakangnya.

"Eh, nggak juga sih." Dia nampak terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba. "Ya lumayanlah, sampai aku putusin beli es krim duluan tadi." Dia menjelaskan dengan cengirannya, padahal aku juga tidak bertanya tentang es krim di tangannya.

Aku perlahan mendekatinya dan ikut duduk di sampingnya.

"Ini, satu buat kamu. Kita makan bareng, ya?" Dia menyodorkan satu es krimnya padaku. Aku'pun menerimanya dengan senyum tipis.

Lama terdiam, dia terus menatapku secara intens. Aku jadi salah tingkah di buatnya.

"A--ada apa? Apa ada yang salah?" tanyaku gugup.

"Kamu pake make up?" Ah, sialan! Kenapa dia bisa tahu, sih?

"Iya, kenapa? Aneh, ya?"

"Nggak kok, kamu kelihatan makin cantik aja," pujinya dengan senyum manis. Pipiku menghangat apa sekarang merona? Aku menunduk dan tersenyum diam-diam.

Kami menikmati waktu bersama lagi, bersamanya waktu terasa sangat singkat. Dia memperlakukanku begitu lembut dan manis. Perhatiannya membuat rasa cintaku tumbuh dan semakin mengakar kuat perlahan, sampai aku tak sadar bahwa aku bisa jatuh terjerumus karenanya.

***

Pov Ferdi

Aku sudah pergi, aku pergi sejauh mungkin.
Tapi mengapa bayanganmu selalu mengikutiku? Aku rasa, aku tak bisa melepasmu begitu saja. Terlalu sakit.

-------

Semenjak aku memberi HP pada Tesya, ku putuskan menjauh dari hidupnya saat itu juga.

Sudah sepekan ini aku berkelana dari satu kota ke kota lain. Aku juga mengalihkan perhatianku ke hal lain seperti, ngepunk, mabuk, bersenang-senang bersama teman-teman sejalan, tapi tetap saja bayangannya terus mengusikku.

Story of lady punk (tesya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang