Satu: Anak pungut

82.2K 4.2K 756
                                    


But darlin' when I hold you
Don't you know I feel the same?

November Rain - Guns n' Roses



"Sheila, kenapa kamu baru pulang jam sekarang?  habis nge-jalang, heh?"

Suara Airin, mama angkatnya langsung memekakkan gendang telinga Sheila yang baru saja memasuki rumah.

Moodnya yang berantakan karena layar ponselnya yang pecah bertambah berantakan lagi dengan tuduhan aneh perempuan paruh baya itu.

Bla... bla... bla... Sheila tidak peduli!

Dengan santai Sheila berjalan menuju kamar dan menutup pintunya sembari berkata kecil.

Namun sepertinya suara Sheila masih bisa ditangkap oleh Airin yang langsung mendengus sebal sebagai responnya.

"Mana ada nge-jalang pulang jam 10 malam, bodoh!"

***


Jam weker kesekian kali yang dibeli Sheila dalam bulan ini berbunyi nyaring saat jarumnya tepat berhenti pada pukul lima pagi.

Kaki panjang Sheila mulai menendang-nendang ke sembarang arah dan berakhir kembali menjatuhkan jam weker malang itu, seperti yang sebelum-sebelumnya.

Sheila terbangun oleh suara pecahan jam itu dan langsung mengambil handuk.

Ah, masa bodo dengan jam weker itu! Toh, Shela masih bisa membeli yang baru.

***

"Sheila, kamu masak sarapan sana! Mama sama Irma udah lapar," Airin mulai mengomel saat mendapati Sheila yang keluar dari kamarnya dengan seragam rapi.

Airin mendekati Sheila dan tiba-tiba saja  menarik rambut panjangnya dengan kencang. Tanpa alasan yang jelas dan jika kalian bertanya, apa sering ia melakukan hal ini, jawabannya sudah pasti iya.

Sheila hanya meringis kecil dan mendorong Airin dengan cukup kencang.

"Masak sendiri! Punya tangan enggak digunakan buat apa? Jual aja sana!"

Dengan segera Sheila meninggalkan Airin yang mematung dengan wajah memerah karena kesal.

Namun lagi-lagi, belum sampai ia keluar dari neraka jahanam ini, tangan Sheila berhasil kembali ditarik oleh Irma, saudara tirinya.

"Lo tuh cuman anak pungut disini! Enggak  usah belagu! Masih untung udah dipungut! Sana ih, Mama kan bilang masak sarapan!"

Dengan kasar, Irma menarik pergelangan tangan Sheila yang mulai memerah.

Sheila menghela napas dan menghempaskan tangan Irma dengan kuat. Apakah ini bukti bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya?

"Lo punya otak enggak  sih? Lo sendiri yang bilang gue anak pungut, bukan pembantu kan? Ngapain lo nyuruh-nyuruh gue?"

Muak dengan drama pagi yang selalu ia lakoni, Sheila langsung mengambil helm dan menjalankan motor hitamnya di atas rata-rata.

***

Di sisi lain

Keadaan yang dingin menyelimuti kediaman Prayuda.

Di meja makan terdapat delapan nyawa yang asyik menikmati makanannya masing-masing. Tanpa sepatah kata, atau kalimat-kalimat menghangatkan hati yang biasanya dikatakan oleh anggota keluarga satu sama lain.

Our Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang