Dua belas: Cara Singkat untuk menyelesaikan masalah

31.3K 2.1K 116
                                    











Siang ini hari baik yang amat cerah bagi Sheila.

Entah mengapa moodnya amat baik hari ini. Sheila sedang duduk di salah satu kursi kantin bersama Aurell di sebelahnya yang sedang memotong-motong baksonya menjadi kecil-kecil.

Sheila sendiri memakan sandwich special buatan mama sembari sesekali menyeruput es susu cokelat. Sheila membuka ponsel dan mulai menstalking para pujaan hatinya dan berakhir berteriak histeris tanpa peduli beberapa pasang mata yang menatapnya aneh.

"Rell, Lo tau postingan My lovely Hemsworth tadi? Gila... gila... parah panget! Huhuhu... gue enggak  kuat liatnya!"

Aurell yang masih sibuk memotong-motong baksonya langsung menoleh.

Sedetik kemudian Aurell beringas membuka ponselnya dan berakhir ikut berteriak seperti Sheila, "Demi apa?"

"Shei, gue mimisan! HUWAA!"

“Yang lainnya ada enggak? My Chris lainnya gitu?” Aurell tergugu melihat ponselnya kemudian memeluk erat tubuh Sheila untuk menahan teriakan membahananya. Inilah keseharian para fans garis keras cogans.

Apalagi kalau bukan nge-bucin!

BRAKKK.....

Tapi setelahnya ada suara bantingan yang terdengar begitu memekakkan lebih daripada suara teriakan Aurell. Membuat seisi kantin langsung menoleh ke arah timbulnya suara  tak terkecuali Sheila dan Aurell.

"Tap... tapii... Kak, aku beneran enggak  sengaja!"

Terlihat seorang gadis berkacamata tebal didorong hingga terjatuh ke tengah-tengah kantin oleh seorang perempuan dengan bedak yang sama tebalnya dengan kacamata gadis yang terjatuh itu. 

"Makannya hati-hati kalo jalan! Punya mata enggak  sih, lo? Gara-gara lo baju gue basah!"

Gadis dengan bedak tebal itu menarik rambut korbannya dengan kencang hingga korbannya kembali jatuh terduduk.

Menunjukan bajunya yang basah dan lumayan menerawang.

Orang-orang yang melihat ikut meringis kesakitan tapi tak ada satu pun yang mau bahkan sekedar berniat membantu gadis berkacamata itu.

Karena orang yang sedang membully adalah seorang senior dan anak dari pemilik perusahaan besar yang amat disegani. Meski mungkin alasan lainnya dari keterdiaman semua orang adalah karena mereka tidak ingin ikut campur dan memperbesar masalah. Yah, sejujurnya semua orang pasti berpikiran seperti itu. Rasa khawatir yang jauh lebih mendominasi di banding empati.

Sheila kembali menatap ponsel dan menscroll beranda instagramnya yang dipenuhi postingan baru. Bersamaan dengan Aurell yang kembali memotong-motong baksonya menjadi super kecil. Ia bukannya khawatir seperti kebanyakan orang-orang yang berada di dapur, baginya... itu adalah rasa ketidakpedulian.

Tapi lama-kelamaan, Sheila mengakui bahwa ia semakin terganggu dengan suara ringisan dan makian yang terdengar amat menusuk telinganya. Well, itu terdengar seperti  polusi yang mengotori telinganya.

Mengusik kegiatannya menstalking cogans.

"Lo mau gue laporkan bokap gue? BIAR LO ENGGAK  USAH SEKOLAH DISINI LAGI HEH? Dasar jalang enggak  tau malu!"

Aurell dan Sheila saling berpandangan dan tersenyum penuh arti. Setelah meneguhkan tekad, Aurell menghela napas secara bersamaan dan dengan perlahan, Aurel menyuapkan bakso yang sudah dipotong kecil satu persatu sambil bergumam pelan.

"Bantu,"

"Enggak?"

"Bantu,"

"Enggak?"

Our Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang