Enam: Mari Berbelanja

42.4K 2.9K 125
                                    




Her hair reminds me of a warm safe place
Where as a child I'd hide
And pray for the thunder and the rain to quietly pass me by

Sweet child o' mine - Guns n' roses




Siang ini matahari bersinar begitu terik. Namun, sayangnya tetap tak berhasil membangun seorang gadis dengan piyama pink yang masih saja terlelap dalam mimpi.

Ya! Gadis itu Sheila.

Gara-gara  sekarang masih saat nya liburan, semalam Sheila marathon drakor hingga jam dua pagi. Kamarnya yang kedap suara membuat tak ada seorang pun yang curiga.

Raya membuka kamar anak perempuannya dan tertawa kecil saat mendapati anaknya masih tertidur pulas di balik selimut.

"Sayang.. bangun! Sudah siang lho! Masih tidur aja!" Raya dengan sabar menggoyangkan lengan anaknya sesekali mengecup pipinya.

Sheila yang sedikit terganggu akhirnya membuka matanya dan mendudukkan dirinya agar tidak tertidur lagi. Setelah menguap lebar, Sheila mengucek matanya yang masih terasa berat untuk terbuka.

"Sana mandi dulu!  habis itu siap-siap! Mama mau bawa kamu belanja! Kamu kan mau sekolah," Raya mengusap pelan rambut hitam Sheila. Sheila sendiri hanya mengangguk dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

***

Setelah selesai mandi, Sheila membuka walk in closet di kamar yang besarnya hampir separuh dari kamarnya.

Mulutnya sedikit ternganga saat melihat jejeran baju yang baru saja mamanya lengkapi kemarin. Bukan hanya baju, ada juga jam tangan, perhiasan bahkan jejeran sepatu.

Sheila menghela napas dan memilih salah satu dress cantik yang berada di sana.

Pilihannya jatuh pada dress shirtwaist hitam yang terlihat simple tapi menawan. Warna hitamnya kontras dengan kulit putih pucat milik Sheila. Gaun itu berlengan tanggung dengan belt berwarna gold, menyesuaikan dengan akesesoris yang ia pakai. Gaun vintage yang terkenal pada tahun 50’an ini membuat Sheila terlihat dewasa.

Ia mengambil beberapa perhiasan, seperti anting dan kalung, memakainya setelah menyisir rapih rambut panjangnya. Tak lupa juga sebuah kacamata hitam yang gagangnya berwarna gold menambah kesan elegan.

Woah.... bahkan Sheila sendiri tak merasa dirinya anak kelas 10 SMA saking terlihat dewasanya ia.

Kruyukk...

Suara perut Sheila membuat ia merutuk kecil dan menaruh semua perhiasannya di atas meja. Sekarang ia makan dulu, dandannya lebih baik ia pending terlebih dahulu.

Perutnya lebih penting, hehe..

Sheila melihat meja makan yang sudah kosong. Ia kembali merutuk dan berjalan menuju dapur. Dapurnya pun sama kosongnya, entah kemana semua pembantu siang ini. Sheila menghela napas. Hingga matanya melihat sebungkus mie instan di atas kulkas.

Ia tersenyum kecil dan segera merebus air. Ia akan memasak mie instan itu.

Bodo amatlah, punya siapa! Nanti gampang Sheila ganti.

Yang penting sekarang, Sheila kenyang dulu.
Ia merebus mie instan dengan sedikit senandung.

Paginya kali ini tidak buruk-buruk amat.

Apalagi dengan koleksi pakaian dan perhiasan sebanyak itu membuat hati Sheila senang.

Akhirnya, penampilannya enggak  burik lagi!

Our Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang