~~~ HAPPY READING ~~~
Jinhee terdiam. Di ranjang, wanita itu duduk dengan meluruskan kakinya. Sementara pandangannya, bisa dikatakan... kosong. Namun, maklum saja, ada kemelut yang luar biasa membuat kacau hati serta pikirannya. Ya, wanita itu memikirkannya, semua yang didengarnya di ruangan suaminya tadi.
Terkadang, sejenak Jinhee ingin berteriak. Karena sungguh, bisa dikatakan ini semua cukup berat baginya. Ia pun tidak ingin seperti ini, tidak ada yang ingin!
"Sudah mengantuk?"
Jinhee berjingkat pelan. Wanita itu terkesiap tatkala suara Kyuhyun tiba-tiba terdengar. Dan tanpa bisa menutupi keterkejutannya, sekilas ia menoleh pada pria itu. "Hmm." Jawabnya singkat.
"Hyukjae... dia datang untuk mengatakan jika lusa dia akan bertunangan." Ujar Kyuhyun. Pria itu bergabung dengan Jinhee di ranjang. "Di resort-ku."
Ah, begitu rupanya. Jinhee menganggukkan kepalanya pelan. Ia tidak sempat mendengar mengenai hal itu tadi. "Haruskah aku menyiapkan hadiah khusus untuk pertunangannya?"
"Tidak. Tidak perlu." Sergah Kyuhyun. Pria itu menoleh seraya mengulum senyumnya. "Lagipula, aku akan menghadirinya sendiri."
"Apa? Kenapa?"
"Kau harus beristirahat." Kyuhyun mengusap lembut rambut panjang Jinhee. "Tidak apa-apa, Hyukjae dan tunangannya pasti akan mengerti."
"Oppa, aku-"
"Ssttt..." Kyuhyun mendesis pelan, membuat Jinhee menghentikan perkataannya. Ia juga menatap lekat-lekat wanita itu. "Kesehatanmu lebih penting daripada apapun. Jadi jangan memikirkannya. Aku bisa mengatasinya sendiri."
Lubang kekecewaan dalam hati Jinhee semakin menganga lebar, membuatnya semakin membenci kekurangannya pula. Ia bisa, ia yakin itu. Hanya saja... ia bisa apa? Kyuhyun bahkan terang-terangan mengatakannya, melarangnya, menyuruhnya untuk beristirahat. Hingga yang bisa wanita muda itu lakukan... ya, hanya mengangguk patuh.
~~~ *** ~~~
Dan seperti yang diucapkannya sebelumnya, Ji Ahn benar-benar menyiapkannya dengan tangannya sendiri. Dua buah kotak makan dengan beberapa jenis makanan yang sudah ia tata sedemikian rupa.
Wanita muda itu, senyumnya mengembang, membuat wajahnya nampak berseri-seri. Sebenarnya, ia memang bukanlah seorang ibu rumah tangga yang setiap saat memasak, terkadang Han Ahjumma yang melakukannya. Hanya saja di saat-saat tertentu seperti ini, Ji Ahn pun sangat senang bisa melakukannya.
"Nyonya, anda menyiapkan dua kotak makanan? Saya kira anda memasak hanya untuk makan siang Tuan."
"Apa?" Reflek Ji Ahn menyahut. Nampak jelas, wanita itu tertegun. Ia bahkan menghentikan pergerakan tangannya seketika, lalu menoleh pada Han Ahjumma. "Ah, itu... aku- aku juga menyiapkan untuk diriku sendiri." Ucapnya dengan sebuah senyuman canggung, ah dengan nada ragu pula. Maklum saja, ia hanya mengatakan sekenanya, apa yang terlintas dengan cepat dalam benaknya. "Aku akan memakannya di butik nanti."
Han Ahjumma pun tersenyum seraya menganggukkan kepala. Nampaknya wanita itu tak menaruh curiga sama sekali.
"Nyonya, anda memanggil saya?"
Dan setelahnya, Supir Kim pun muncul. Pria yang lebih sering mengantar-jemput Minhyun itu menghampiri Ji Ahn, membuat wanita muda itu menoleh dan menganggukkan kepala. "Ah, ya. Ini, tolong!" Satu dari dua kotak yang disiapkannya, diberikannya pada Supir Kim. "Pergi ke kantor suamiku dan berikan kotak makan itu padanya."
"Baik, Nyonya."
"Anda... tidak mengantarkannya sendiri seperti biasa?" Celetuk Han Ahjumma. Pasalnya ia tahu, sang nyonya biasanya akan datang sendiri ke kantor suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECT
FanfictionImperfect. Tidak sempurna. Setiap orang pasti mengalami hal tersebut dalam hidupnya. Setiap hal pasti memiliki kekurangan. Ya, apapun itu. Dan sebagai manusia, tentu kita harus menerimanya - mau tidak mau. Termasuk mereka - mereka yang bernasib sama...