Part 14

3.9K 243 73
                                    

Hai..... Kkkkkk~

Jadi gimana 2021? Menyenangkan? :D Eh tapi baru sehari sih yak! Hehehhe

Best wishes for us ya buat 2021. Apapun itu, semoga segala hal baik selalu terjadi dan mengelilingi kita. Meskipun sebenarnya gak bisa mangkir juga, cobaan bakal selalu ada. But ya, strong ya buat kalian yang lagi dalam keadaan sulit. Sehat-sehat aja. Ada Tuhan kok :)

Ah ya. Mau kasih tau juga. Ini postingan terakhir dalam bentuk agak panjang ya! Kkkkkk~ Abis ini mau naik level jadi ebook soalnya :( Jangan kecewa ya. Jangan sedih. Kan udah dikasih tau sebelumnya. Mohon kebijakannya aja yak.

Terus ya, buat yang nanya kapan ebook-nya bisa diorder, sabar ya. Entah kapan :D doain secepetnya. Atau paling gak, februari lah. Soalnya nih ya. Gue tuh abis tepar, real sakit, bukan meriang doang. Jadi sekarang kudu mikir-mikir lagi buat nulis atau nongkrong lama di depan laptop, apalagi sampe begadang. Kesehatan itu penting, manteman. Kalian juga jaga kesehatan, yaa... sakit sampe gak bisa bangun tuh rasanya gak enak banget. Beneran deh!

Udah gitu aja ya.

Good luck buat 2021 kita semua! :)


~~~ Happy Reading ~~~


Ini sudah cukup siang, seharusnya sudah tepat waktu bagi seseorang untuk sekedar makan siang bersama atau selebihnya. Dan jika ia tidak salah, ini pulalah waktu yang ia dengar semalam, yang disebutkan oleh suaminya untuk... bertemu dengan seorang wanita yang dicintai pria itu.

Masih berdiri di bagian depan resort – tepatnya di pintu masuk utama, Jinhee menarik nafasnya dalam-dalam. Sesungguhnya, ini merupakan sebuah perbuatan yang cukup nekat, yang bahkan mungkin akan menghancurkannya dalam sekejap. Anggaplah, bodoh memang. Pasalnya, wanita muda itu nampak tengah berusaha menyiksa dirinya sendiri dengan seperti ini. Ya, dengan mencari fakta yang sebenarnya.

Sesuatu dalam diri Jinhee semakin mendesaknya, memaksanya untuk segera melangkah. Dan ya, rasa penasarannya pun sungguh luar biasa. Ia tahu, ini semua akan sangat menyakitkan, namun rasa-rasanya wanita itu sudah tidak peduli lagi dengan dirinya sendiri. Karena bahkan, untuk sampai di tempat ini pun, ia harus benar-benar memaksakan diri pula, di tengah kondisinya yang sebenarnya tak seharusnya untuk berkeliaran di luar rumah.

"Nyonya!"

Jinhee terkesiap. Seorang gadis muda menyapanya, membuatnya reflek menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah Kim Gaeun, salah satu pegawai yang bertugas di belakang meja receptionist.

"Selamat siang, Nyonya." Dengan senyum yang mengembang dan menghiasi wajahnya, Gaeun membungkuk hormat pada istri pimpinannya tersebut.

"Ya, selamat siang." Balas Jinhee seraya menyunggingkan senyum tipisnya. Sejenak, wanita itu nampak bingung, sedikit linglung, tak tahu apa yang harus dikatakannya selanjutnya. Pasalnya sejujurnya, ini adalah pertama kali baginya datang ke resort seorang diri – tanpa sang suami, meskipun faktanya tempat itu adalah milik suaminya tersebut. "Eum, apakah suamiku ada di sini?" Hingga kemudian, pertanyaan itulah yang meluncur dari mulutnya. "Maksudku, dia datang?"

Huh? Sontak saja, dahi Gaeun pun mengerut. Tunggu, sang Nyonya mencari suaminya? Kenapa tidak dihubungi saja secara langsung? Tanyanya dalam hati. "Presdir Cho..." Gadis itu pun menggumam pelan, nampak tengah berpikir pula. "Entahlah, hari ini saya belum melihat Presdir datang." Itu adalah sebuah kejujuran. Jangankan melihat sang pimpinan datang, mendapat kabar atau informasi kedatangannya pun tidak.

"Begitu rupanya." Lirih Jinhee. Kini kebingungan wanita muda itu pun bertambah. Sungguh, jelas-jelas semalam ia mendengarnya, mendengar suaminya menunggu wanita yang dicintainya di resort-nya ini, bahkan di... kamar milik mereka? "Ah, tapi apakah di sini ada-"

IMPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang