~~~ HAPPY READING ~~~
Srettt...
Selesai. Ji Ahn menarik resleting koper itu ketika selesai menata berbagai keperluan Dongwook di dalamnya. Pagi ini juga, pria itu akan pergi ke Jeju, seperti yang telah dikatakannya. Jadi Ji Ahn menyiapkan seluruh keperluannya, meskipun hanya 3 hari.
Ji Ahn menegakkan tubuhnya, lalu menoleh ke arah suaminya. Wanita muda itu tersenyum melihat sang suami yang sudah siap dengan setelan jasnya. "Ayo turun. Kau harus sarapan sebelum berangkat."
"Kau yakin tidak akan ikut denganku?"
Langkah kaki Ji Ahn berhenti. Ia memutar tubuhnya, menatap Dongwook yang masih belum bergerak sama sekali dari tempatnya. Sontak, hal itu membuat Ji Ahn mengerutkan dahinya. "Apa?"
"Sayang..." Dongwook menghela nafas panjangnya. Pria itu melangkah, mendekati sang istri. Kemudian, diraihnya kedua tangan istrinya, digenggamnya erat. "Aku hanya ingin kau bersamaku, tidak bisakah?"
Ada kegelisahan, bahkan ketakutan mendalam yang terlihat jelas di kedua bola mata Dongwook, Ji Ahn dapat melihat itu. "Oppa, kita sudah membahas ini kemarin." Ucapnya dengan hati-hati. "Nanti, kita cari waktu yang tepat untuk berlibur." Dan penolakan itu terdengar sangat halus.
"Aku tidak peduli dengan berlibur. Aku hanya ingin kau ikut bersamaku." Tekan Dongwook, lagi dan lagi.
"Aku dan Minhyun akan baik-baik saja selama kau pergi." Dan Ji Ahn, tetap pada pendiriannya. Sejujurnya, ia bisa menebak apa yang mungkin membuat Dongwook hingga seperti ini. Hanya saja, bisakah kali ini ia mengikuti egonya? Seperti Dongwook yang bersikap hingga sedemikian rupa untuk pertama kalinya, Ji Ahn pun seperti itu. Untuk pertama kalinya pula, ia ingin tetap tinggal.
"Baiklah!" Menyerah, Dongwook nampaknya sudah tak tahu harus seperti apa lagi. Pria itu pun sepertinya juga tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan rasa gelisah dan takutnya, pemikiran yang menganggunya. "Tapi, dengar! Aku... percaya padamu. Jadi tolong, jangan melakukan apapun yang akan membuatku marah, yang akan merusak rumah tangga kita."
Seketika Ji Ahn menundukkan kepalanya. Namun, ia juga mengangguk. "Ya."
Dongwook memejamkan matanya sejenak, menenangkan diri. Setelahnya, diraihnya tubuh Ji Ahn, dipelukanya erat. "Kau... Nyonya Lee, aku mencintaimu dengan seluruh hidupku. Jadi jangan pernah berpikir untuk tidak melakukan hal yang sama. Karena sejak pemberkatan pernikahan kita, itu mutlak untukmu."
~~~ *** ~~~
Jinhee menatap intens Minhee – putrinya yang tengah sibuk dengan sarapannya. Sejenak wanita muda itu juga tersenyum lembut, lalu diusapnya rambut panjang gadis kecil itu. "Minhee~ya, maafkan Eomma, hum. Eomma tidak bisa datang dan melihat penampilanmu." Ucapnya, merasa bersalah. Pasalnya, hari ini ia harus menjalani kemoterapi, dan mungkin akan berada di rumah sakit hingga beberapa hari.
"Tidak apa-apa... aku akan datang untuknya." Sahut Kyuhyun yang juga berada di sana.
"Benar, nanti juga akan ada Ji Eomma." Timpal Minhee, masih dengan menikmati makanannya. "Dia pasti akan menemaniku."
Kepala Jinhee pun mengangguk pelan. Benar, Ji Ahn selalu hadir, dan tidak hanya untuk Minhyun, namun untuk Minhee juga jika dirinya berhalangan. Sejenak Jinhee mensyukuri hal itu. Setidaknya putrinya tidak akan kesepian.
Sementara Kyuhyun, diam-diam pria itu tersenyum senang, namun dalam hati. Ya, tatkala nama Ji Ahn disebut, seakan memberikan kebahagiaan tersendiri baginya. "Aku juga berencana menitipkan Minhee padanya selama kau berada di rumah sakit, tidak apa-apa, 'kan?" Ujarnya kemudian, menyampaikan ide yang melintas, dan tentu menguntungkan baginya. "Bukan hanya untuk menjaganya selama aku di kantor. Tapi juga untuk menginap di rumahnya, agar Minhee tidak kesepian seperti sebelum-sebelumnya. Kau mau, Minhee~ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPERFECT
FanfictionImperfect. Tidak sempurna. Setiap orang pasti mengalami hal tersebut dalam hidupnya. Setiap hal pasti memiliki kekurangan. Ya, apapun itu. Dan sebagai manusia, tentu kita harus menerimanya - mau tidak mau. Termasuk mereka - mereka yang bernasib sama...