20.

10.1K 360 3
                                    

====Terlupakan====

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kau jalani, yang akan membuatmu terpana hingga melupakan rasa sakit.
~Ali bint Abi Thalib

Meja makan yang biasanya hening sekarang tampak ramai karena perbincangan seru antara mertua dan menantu, kalian salah besar jika mengira sang menantu itu adalah aku. Mama menanyakan banyak hal selama mereka pergi ke Yunani, maafkan aku karena aku tak sanggup menyebutnya sebagai bulan madu karena itu sungguh menyesakkan, meskipun kenyataannya memang seperti itu.

"Begitulah Ma. Kami mengunjungi banyak tempat wisata di negeri para dewa, memang sebelum menikah aku sudah memimpikan honeymoon di negeri para dewa itu dan sekarang aku benar-benar tak menyangka impian itu bisa menjadi kenyataan apalagi bersama dengan orang yang telah kucintai sejak lama," jelas Sellia dengan mata berbinar mungkin kejadian yang ia ceritakan terlintas di kepalanya sehingga ia tampak begitu sumringah.

Mas Fakhri hanya diam baru saat ditanya ia akan menjawabnya dengan singkat dan seperlunya setelahnya kembali terdiam dan melanjutkan makan.

"Iya kan Mas?"

"Iya."

Seperti itulah saat ia ditanya oleh Sellia maupun Mama yang terlontar hanya 'iya', 'benar,' 'hmm' sesingkat itu jawabannya. Melihatnya seperti itu dan wajahnya terlihat enggan dan tak berminat membuatku sedikit mengulas senyum. Apa itu artinya Mas Fakhri belum mencintai Sellia.

Astaga Nisa jika itu memang benar maka seharusnya kau menasihati Fakhri bukankah sudah seharusnya ia mencintai istrinya. Sellia juga mempunyai hak yang sama sepertimu. Jangan lupakan itu dan berhentilah bertindak egois.

Hari ini Mas Fakhri dan Sellia langsung kerja. Masa cuti mereka telah habis. Mereka berangkat bersama, sudah jelas mereka bekerja di rumah sakit yang sama. Mungkin dengan begitu Mas Fakhri akan semakin dekat dengan Sellia dan mencintainya. Sebenarnya jam kerja Mas Fakhri dan Sellia tidak sama, Sellia mendapat shift pagi sementara Mas Fakhri siang hingga pukul tujuh malam.

Aku mengikuti Mas Fakhri dan Sellia ke teras depan, menyalami Mas Fakhri seperti biasa saat ia hendak berangkat kerja lalu Mas Fakhri akan mengecup keningku seperti biasa. Aku bersyukur tak ada yang berubah.

Setelah mobil Mas Fakhri melaju melewati gerbang aku pun langsung masuk dan berniat membereskan rumah.

***
Siang ini aku tidak akan menghantarkan makan siang kepada Mas Fakhri seperti biasanya anggap saja untuk memberi peluang agar Sellia lebih dekat dengan Mas Fakhri. Aku sendiri tak tahu sampai kapan, setidaknya sampai Mas Fakhri peduli dengan Sellia dan bertanggungjawab layaknya seorang suami kepada istri.

Aku tahu betul seperti apa sifat Mas Fakhri, kami berteman sejak SMA, dan aku telah menjadi istrinya selama tiga tahun ini, dan itu sudah cukup untukku mengerti dengan benar sifatnya.

Saat di meja makan tadi raut wajah serta nada suaranya tergambar sangat jelas bahwa ia belum mencintai Sellia, apalagi mengingat perkataannya sebelum menikahi Sellia, bahwa Mas Fakhri tidak mencintainya membuatku menyimpulkan jika Mas Fakhri memang belum mencintai Sellia.

Mas. Aku beli kebutuhan bulanan dulu. Oh ya aku tidak bisa membawakan Mas makan siang hari ini. Semangat bekerja✊😍

Aku sudah terbiasa meminta izin jika hendak keluar rumah sedekat apapun itu aku tetap izin, kebiasaan ini sudah melekat sejak lama sebelum aku menikah, pergi rumah tetangga sebelahpun aku selalu izin kepada Ayah ataupun Ibu. Apalagi setelah menjadi seorang istri, keluar rumah harus izin suami.

Tiadakah Surga yang Lain?✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang