chapter 18

812 93 6
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

"kau benar-benar datang Jiminie? Kukira kau hanya membual."

"sejak kapan aku membual, tidak ada dalam kamusku. Tuan Kim Seokjin yang terhormat."

"baiklah, nanti kita makan siang bersama. Tidak ada penolakan."

"aku tidak berniat menolak dan apakah aku bisa menolak bos?"

Jimin memmandang sinis sedangkan
Seokjin menggeleng lalu kembali sibuk mengetik, sesekali mencuri pandang pada si mungil yang menyampirkan coatnya di gantungan dekat pintu.

Ia bersyukur jika Jimin baik-baik saja, mungkin suatu saat ia harus menceritakan kebenaran tentang hubungannya dengan Namjoon dan Jisoo.

"Seokjin-sii aku ingin menanyakan sesuatu."

"apa?"

"apa istrimu sedang keluar kota atau apa, soalnya Namjoon ada di rumah terus."

Melihat raut wajah tanpa ekspresi bos-nya Jimin benar-benar menyesal telah bertanya. Mungkin Seokjin tersinggung dan lebih buruknya marah saat mengungkit istrinya yang lebih dekat dengan Namjoon.

"bukankah sudah kewajiban Namjoon untuk ada di rumahnya, bahkan cuti menikahnya masih tersisa tiga hari Jimin."

Si mungil menunduk dan memilin ujung kamejanya, ia terlihat sedikit gugup. Apa keputusannya untuk bekerja lebih cepat itu salah, tapi ini juga sebagai usaha menghindari laki-laki itu.

"omong-omong bagaimana Jungkook, apa dia menyusahkanmu?"

"a-ani. Dia cukup baik."

Sebenarnya Jimin merutuki mulutnya, tapi mana mungkin ia mengatakan jika anak dari suaminya kurang ajar dan menyetubuhinya tanpa malu.
Dia juga akan kena imbasnya.

________

      Saat makan siang, Jimin terkejut mendapati sang suami yang tiba-tiba menghampiri mereka dengan balutan jaket kulit di tubuhnya. Ia menepuk sang sahabat dan mengecup dahi Jimin tanpa ragu, padahal kantin bisa disebut cukup ramai. otomatis Jimin memerah.

Orang lain akan memandang hal itu adalah sesuatu yang romantis, tapi Jimin sendiri menganggapnya sebagai ancaman. Pasti Namjoon telah merencanakan sesuatu sedemikian rupa, bukan tanpa alasan mengingat pernikahannya saja hanya kesepakatan berdasarkan perencanaan yang bahkan Jimin tidak mengerti. Ia menikahi pria itu murni karena cinta, dan itu hanya berlaku untuknya.

"ada apa Namjoon-ah, tumben sekali mengunjungi kantorku."

"aku ingin menjemput Jimin."

Jimin terbelalak kaget, apa-apaan itu. Berlaku seenaknya lagi.

"tidak, jam kerjaku masih sangat lama."

"tidak, jam kerjamu sudah berakhir. Seokjin kau harus segera mencari sekretaris baru."

"hei apa yang kau katakan."

Jimin tidak terima, ia memandang Namjoon untuk meminta penjelasan lebih. Tapi nihil pria itu memilih memandang Seokjin dan melemparkan seringaian.

"aku yakin bisa menghidupinya dengan uangku, kau tidak perlu susah mempekerjakannya."

"keinginannya sendiri untuk bekerja padaku, aku tidak memaksanya."

Jimin mengangguk membenarkan perkataan Seokjin, namun ia kaget saat Namjoon menariknya paksa. Menggendong ala bridal style dan membawanya ke dalam mobil yang terparkir apik diluar kantor.

HEARTBEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang