chapter 38

865 93 36
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Entah bagaimana kegiatan itu berawal, Jimin tengah meringkuk didalam pelukan pemuda yang berusia delapan tahun lebih muda darinya. Ia mencoba berontak, tapi tampaknya perbandingan ukuran tubuh dan tenaganya terlampau jauh. Jimin meringis saat tiba-tiba Jungmin datang dan menatap heran.

"kesini sayang," ucap Jimin lembut. Ia melambaikan tangan dan memberi kode agar bocah itu menghampiri dan masuk kedalam pelukannya. Jungkook yang melihat interaksi keduanya merasa begitu hangat. Ia membayangkan bagaimana Jimin yang bersusah payah mengandung dan melahirkan Jungmin tanpa adanya pendamping, sekali lagi ia merutuki keegoisan. Seharusnya Jungkook belajar banyak dari kedua orang tuanya bahwasannya egois akan berkahir dengan sesuatu yang buruk.

Jungmin berlari kecil, masuk kedalam rengkuhan Jimin yang kebetulan tengah berada dalam rengkuhan Jungkook.

"maafkan aku Jimin-ssi," ucapnya pelan dengan mendaratkan satu kecupan. Tangannya membelai kepala sang anak.

"lepaskan aku Jungkook, aku akan memandikan Jungmin dulu." ucapnya ketus.

Rengkuhan perlahan melonggar, ia membiarkan Jimin bangun sambil menggendong putranya. Benar, putra seorang Jeon Jungkook dan Park Jimin.

Kegiatan demi kegiatan berlalu, Jimin tengah terduduk di ruang tengah dengan Jungkook yang memandangnya bahagia. Sekali lagi, Jimin pikir pria dihadapannya masih saja kekanakan. Bagaimana bisa ia membawa seorang perempuan bahkan berani menciumnya lalu sekarang menemuinya dengan tidak tahu malu. Tapi lupakan, ia ingat bahkan pria itu menyetubuhinya di usia delapan belas tahun.

"jadi apa?"

"kita menikah,"

Helaan nafas terdengar, ia tidak mengerti dengan ucapan pria kelinci itu. Apa kehidupan semudah itu baginya, apa perasaan seseorang sangat tidak berarti.

"kau sudah memiliki kekasih, bagaimana bisa kau berbicara segamblang itu. Jangan harap kehadiran Jungmin bisa membuatmu semena-mena terhadapku Jungkook."

"maksudmu Lisa? Dia bukan kekasihku."

"terserahlah." ucap Jimin malas, ia hendak beranjak jika saja pria bermata besar itu tidak mengintrupsi.

"aku hanya tidak ingin Jungmin merasakan apa yang kurasakan dulu, jadi menikahlah denganku. Kita akan menjadi keluarga lengkap Jimin-ssi." ucapnya lembut, kembali melingkarkan tangannya di pinggang si mungil. Jimin segera menepis tangan itu, ia memandang Jungkook sendu. Jimin benar-benar tidak bisa mempredikisi isi hatinya, terkadang perasaan benci mendominasi namun perasaan mendamba menyertai.

Ia mendaratkan tangannya di rahang tegas sang mantan putra, berkaca-kaca saat menanyakan sejak kapan perasaannya muncul untuk pria brengsek di hadapannya.

Ia hanya mengingat potongan dimana bocah itu merengek, menangis saat menuntut perhatian yang tidak ia dapatkan dari kedua orang tuanya. Terlihat begitu kekanakan, namun ia tahu jika Jungkook lebih dewasa dari kebanyakan anak seusianya.

Tangan bantet itu di genggam, semakin menekan dan berakhir di perpotongan leher Jungkook.

"aku membeli sebuah apartemen, maksudku sebuah mansion di busan. Hasil dari kerja kerasku, aku juga membeli beberapa kendaraan. Tabunganku dirasa sudah cukup untuk menghidupi keluarga kecil kita sayang termasuk biaya sekolah Jungmin, tapi aku juga tengah mengelola sebuah perusahaan untuk masa depan lebih baik. Seperti janjiku padamu." ujarnya lembut. Membawa telapak tangan si mungil dan memberinya kecupan.

Jimin menundukan wajah, ia tidak mengerti dengan kegigihan setiap orang hanya untuk dirinya. Apa yang sudah ia perbuat hingga mendapatkan mereka yang begitu bodoh memperjuangkan cintanya.

HEARTBEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang