Chapter 26

687 88 4
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***

Adakalanya sebuah hati terasa begitu nyeri, dimana teriakan penuh emosi terhambur secara penuh menebarkan kebencian yang begitu teramat. Taehyung mengeratkan pegangan pada kenop pintu dengan tangan satunya meremat fabrik bagian dada, ia melirik melalui ekor mata dan mendapati pria paling disayanginya tengah merajuk. Memalingkan pandangan keluar jendela dengan dua bibir mempout.

Pria tan itu telah menjelaskan berulang kali, meyakinkan jika dirinya tidak sepenuhya bersalah. Namun gelengan tidak percaya adalah respon tercepat yang pria mungil itu lakukan. "aku tidak pernah mengenal seorang pembunuh, aku hanya mengenal sahabat alien dengan tingkah absurd dan otak mesum."

Taehyung tertawa miris, bukankah memang sudah seharusnya seperti itu. Jimin harus menjauhi pria berbahaya yang hampir merenggut nyawanya. Hal seperti itu merupakan naluri seorang manusia untuk bertahan hidup, terlalu munafik jika ia akan bertahan dengan sesuatu yang dinamakan ancaman.

Setelah pintu terbuka begitu lebar, pria tan itu melangkahkan kaki jenjangnya keluar ruangan. Mendapati seseorang yang menunggu giliran, "kau oke, kenapa wajahmu begitu pucat. Apa Jimin mengatakan sesuatu yang menyakiti hatimu?"

Pria kuda itu menatap Taehyung penuh tanya, hodie hitam dengan kacamata dan masker menutupi seluruh wajahnya. Tidak akan ada yang menyadari jika pria itu adalah seorang idol yang tengah naik daun, kecuali orang-orang terdekat.

"Hoseok hyung, kau akan menjenguk Jimin. Tolong ingatkan dia makan siang dan segera meminum obatnya, aku sedang ada urusan sebentar." ucapnya sedikit bergetar. Hoseok tahu betul jika pria itu tengah menahan tangis, namun ia tidak mau ikut campur terlalu dalam.

"baiklah, kau tidak perlu khawatir. Seharian ini aku libur." Taehyung tersenyum mendengar penuturan pria itu, ia melenggang pergi dengan pikiran entah kemana. Jika tujuan hidupnya untuk Jimin, lalu apa yang harus ia lakukan apabila pria mungil itu sudah membenci dan mengatakannya secara langsung.

Hoseok masuk dan mendapati Jimin dengan posisi yang sama, memandang keluar jendela dengan pikiran kosong entah kemana. Tidak bergeming sekalipun langkah sang sahabat semakin mendekat. Rangkulan dan pelukan adalah satu-satunya cara yang berhasil membuyarkan lamunan Jimin. Ia menatap Hoseok dengan berkaca-kaca.

"Hoseok hyung, aku ingin pergi bersamamu. Bawa aku hyung hikkss." Jimin bergetar dengan kedua tangan melingkari leher kokoh sang sahabat.

Hoseok mengelus punggung Jimin dengan lembut, mencoba menenangkan dengan kecupan ringan di pucuk kepalanya. Sejak dulu ada begitu banyak perasaan terhadap pria dalam rengkuhannya, hanya saja perasaan itu terlalu samar. Ia tidak pernah menadapat satu jawaban sekalipun.

"apa kau tidak keberatan untuk bercerita?" Hoseok dapat merasakan pelukan itu mengendur, Jimin melepas pelukan sepihak dengan kedua tangan saling meremas satu sama lain. Ia mengigit bibir bawah dan membuatnya semakin memerah. Air muka berubah sendu, ia sedikit menggeleng dengan kedua mata tertutup.

"tidak masalah, hanya saja dengan berlari belum tentu semuanya akan selesai. Jimin-ah kuharap kau lebih tangguh, lebih bersabar dan lebih terbuka dengan sekitar. Hidup bukan hanya untuk egomu dan segala rencanamu, berjanjilah kau akan terus bertahan." ucpanya dengan senyum khas yang memberikan mood booster bagi setiap orang.

"Hoseok hyung apa aku setangguh itu?"

"aku yakin semua pasti ada jalannya."

Suara ketukan mengintrupsi keduanya, pemuda dengan gigi kelinci menyembul dari balik pintu. Ia masih memakai seragam beserta tas slempang menyampir apik di lengan kiri.

HEARTBEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang