chapter 24

798 104 14
                                    

Warning
Typo
Happy Reading

***


Seokjin masih berkutat dengan beberapa berkas di atas meja saat ponselnya berdering.
Ia kembali mengetikan sesuatu di layar monitor tanpa niatan melihat kembali nama yang tertera di layar.

Braak

"Kim Seokjin, kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?" ujar seorang wanita yang tiba-tiba masuk dengan baju yang terbuka, sepertinya wanita itu baru pulang dari pemotretannya.

"aku sedang sibuk," Seokjin berkata datar dan melanjutkan pekerjaannya.

"berhenti dan mari berbicara sebentar."

Seokjin bergeming mengabaikan ucapan wanita itu, ia masih fokus membaca beberapa berkas yang sepertinya terlewat dalam pengawasannya. Namun tanpa ia duga wanita itu menarik berkas tersebut dan melemparkannya hingga berhamburan. Seokjin mulai terpancing dan berdiri dari duduknya.

"apa yang kau inginkan Kim Jisoo?" Seokjin masih berusaha menahan emosi.

"aku ingin Namjoon menceraikan pria bantet itu, aku tidak suka melihatnya bermanja dan mengambil hati anakku Seokjin-ah."

"kenapa kau tidak memintanya sendiri pada Namjoon."

"d-dia menolaknya." ujar Jisoo tergagap dengan nada memelan di akhir kalimat, ia masih tidak percaya jika permintaanya ditolak oleh pria berdimple itu. Ia tidak habis pikir.

Seokjin menengadahkan wajahnya, ia menatap menghakimi. "lalu apa yang akan kau lakukan saat mereka bercerai, apa kau akan menikahi Namjoon dan mengakui Jungkook sebagai anakmu seperti yang kau bilang tadi?"

"aku.."

"kau pikir hidup sesederhana itu, ucapkan dan dapatkan? Begitu."

"Seokjin kau saudaranya, kau pasti di turuti oleh Namjoon."

"kau terlalu naif Jisoo,"ucap Seokjin pelan. Ia melanjutkan "Namjoon sudah jatuh cinta, cinta yang sesungguhnya. Bukan cinta labil seorang remaja."

"apa maksudmu Seokjin-ssi," tanya Jisoo tidak mengerti.

Seokjin mendekatkan wajahnya bermaksud mengecup bibir sang istri, namun gerakannya terhenti karena perasaan itu tidak muncul sama sekali. Benar dulu ia dan Namjoon memerebutkan wanita itu, tapi kini semuanya berubah. Semuanya terasa berbeda saat kehadiran si mungil di antara mereka.

"Seokjin-"

"aku bahkan tidak mendapatkan hak sebagai seorang suami, aku bahkan belum pernah menjamahmu seperti pria hidung belang diluaran sana. Jadi berhentilah menuntutku, bahkan ayahku sudah kehilangan minat pada dirimu yang seorang model. Ia menyuruhku menceraikanmu dan mencari yang lebih berpotensi."

"Seokjin jangan ceraikan aku, kumohon." Jisoo menahan tangan kiri pria dihadapannya, namun ia dihempaskan begitu saja.

Ia sukses kehilangan semuanya karena diakibatkan kehadiran Jimin, "aku akan membunuhmu Park Jimin."

_________________

"ini apa Jisoo-ya?"

"hadiah pernikahan, kau suka?"

Namjoon mengerutkan kening tidak mengerti, setelah beberapa bulan berlalu Jisoo baru memberinya hadiah pernikahan.

"tapi Seokjin sudah memberikannya,"

"itu dariku Namjoon-ah, besok ajak Jimin kencan dan bersenang-senanglah." ujar wanita itu sambil berlalu, ia mengembangkan senyum.

'kau akan mati secara menyedihkan Jimin-ssi'

HEARTBEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang