36.Rumit

9 3 0
                                    

Jangan lupa pencet bintang sebelah kiri teman-teman😘👌,biar aku tambah semangat nulisnya.Jangan jadi siders doankkk okeee👌.

Happy Reading guyss🙌✨

****

Perasaan itu tidak bisa dipaksa,jika dipaksa pasti hasilnya tidak akan memuaskan~Verra Argantika Andreas”

Setelah kejadian itu hari ini Deven mengajak Verra pergi berjalan-jalan.Tepat sekali karena ini hari Minggu,karena sudah menjadi budaya setiap orang yang berpacaran.Deven sudah sampai di depan rumah Verra dan segera meminta izin kepada mamanya.

Tok tok tok

“Iya sebentar”,ucap Citra dari dalam rumah

“Eh kamu temannya Verra?”,tanya Citra dan Verra terdengar dari atas kamarnya yang membuat ia turun dan menghampiri mereka berdua.

“Emm saya pa–”,ucap Deven terpotong karena Verra sudah menyahuti dahulu

“Dia temen Verra ma”,sahut Verra yang sudah siap sambil menuruni tangga dan membuat Verra mengernyitkan dahinya

“Iya tante saya temennya Verra”,balas Deven karena setelah melihat kedipan mata dari Verra

“Ohh kalian mau keluar to?”,tanya Citra kepada mereka berdua

“Iya tante saya mau ngajak Verra keluar,boleh kan tante?”,tanya Deven kepada Citra

“Boleh kok,tapi jangan pulang larut malam ya.Kalau gitu tante ke kamar dulu ya”,ucap Citra

“Iya tante,silahkan”,balas Deven

Akhirnya mereka berdua keluar rumah dan Deven mengeluarkan sepeda motornya.Deven yang sudah naik diatas motor sambil memakaikan helm pada kepala Verra.Verra yang diperlakukan seperti itu tersontak kaget namun anehnya jantungnya tidak berdebar seperti ia sedang bersama Verrel.

“Ra,ayo naik!kok malah ngelamun,ngelamunin apa hm?”,tanya Deven sambil menoel pipi Verra yang membuat Verra tersadar akan lamunannya.

“Eh ayo,aku nggak ngelamun kok”,jawab Verra berbohong

“Yaudah ayo naik!”,perintah Deven dan Verra pun menurut.Di perjalanan mereka hanya diam sembari menikmati angin malam yang menerpa kulit mereka.

“Pegangan Ra ntar jatoh”,perintah Deven yang membuat Verra membulatkan matanya.Verra mencoba untuk mengalungkan tangannya pada pinggang Deven tapi ia ragu.

Deven yang melihat hal tersebut membuatnya sangat gemas dan terkekeh pelan.

“Tinggal gini aja lama”,ucap Deven sambil meraih tangan Verra untuk ditaruh di pinggangnya.Verra yang diperlakukan seperti itu merasa de javu karena ia pernah dibonceng Verrel dan Verrel memperlakukan seperti ini.Verra pun sedikit berharap bahwa orang yang berada di depannya ini adalah Verrel.

Setelah beberapa menit di jalan,Deven memutuskan untuk pergi ke taman.Verra yang tersadar karena Deven membawanya ke taman,lagi-lagi ia merasa de javu karena ini tempat yang sering dikunjungi Verrel.

“Kok ke taman kak?”,tanya Verra yang sedikit penasaran

“Karena ini tempat favoritku,kenapa kamu nggak suka?kita bisa pindah tempat kok”,tanya Deven dengan tersenyum

I Will...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang