6

1 0 0
                                    

Aku hanya menundukkan pandanganku, rasanya begitu canggung. Cowok bernama Zio ini juga hanya diam.. sepertinya juga merasakan apa seperti diriku.. kenapa semenyebalkan ini..

"Gika apa alasan kamu menerima perjodohan ini?" Tanyaya tiba-tiba membuatku yg awalnya memperhatikan anak perempuan sedang bermain ayunan menolehnya sebentar.

"Alasan klise.. pengen nyenengin orang tua. Kamu sendiri?"

Dia diam beberapa saat lalu membuka suara, dan aku mendengarkan secara seksama. "Sebelum aku jawab. Apa nggak ada alasan lain?.. kamu nggak punya pacar gitu?"

Aku tersenyum miris dengan pandangan kedepan, kembali memperhatikan anak-anak yg tengah bermain didepan sana. Tak jauh dari kami yg hanya berdiri didekat pagar menikmati hawa taman.

"Pacar ya?.. nggak ada, nggak pernah mikir pacaran. Pikiran aku cuma stuck dipelajaran sama masa depan... kayanya" ucapku setengah tak yakin, rasanya ada yg meremah-remas dadaku saat aku mengatakannya.

Kudengar dia terkekeh pelan, lalu sebelah tangannya menepuk puncak kepalaku. "Kamu seperti tidak yakin dengan ucapanmu sendiri. Mau tahu alasanku menerima perjodohan ini Gika?"

Aku lantas menoleh lalu mengangguk.

Dia tersenyum amat tipis lalu menoleh padaku hanya sebentar sebelum kembali menoleh kedepan. "Percaya istilah Love at first sight?.. mungkin bisa jadi seperti itu"

Aku terkejut mendengar ucapannya yg terdengar tanpa beban. Hal yg tak pernah aku percayai selama ini. Cinta pada pandangan pertama?.. lucu dan aneh, seperti tidak mungkin.

"Kamu.." aku bingung ingin mengatakan apa, alasan yg terdengar klasik namun membuatku merasa serba salah.

"Kamu tidak perlu takut unyuk menolaknya jika kamu memang tak ingin Gika. Pikirkan perasaanmu, dari matmu saja sudah jelas, kamu menyukai seseorang. Aku bisa bilang sama orang tua kita"

Nafasku tercekat, bagaimana dia bisa berkata seperti itu... dia bilang, aku menyukai seseorang?.. yg benar saja, mana mungkin bisa dia berkata seperti itu.

"Kamu bingung karena perkataanku?" Ucapnya seolah mendengar kata hatiku. Aku masih menatapnya lamat-lamat. Sebaliknya dia masih menatap lurus.

"Ada siratan terluka setiap kamu menatap mataku Gika. Tatapan yg sama dengan seseorang yg dulu pernah mengalami hal yg sama denganmu"

Apa ini maksudnya, dia membuatku makin bingung. "Ma-maksudnya?"

Dia menoleh, lalu tersenyum miris. "Dulu, aku pernah mempunyai calon sendiri.. tapi, hanya rencana saja.. saat aku siap mengenalkan pada orang tuaku, dia.. dijodohkan. Dan yah.. kami harus sama-sama merelakan.. dia menatapku seperti tatapanmu Gika. Dia yah.. sebenarnya bukan dijodohkan.. dia berpacaran dengan saudaraku.. klise memang, ternyata dia tidak mencintaiku Gi.. dan mau tak mau, aku merelakannya demi saudaraku" ucapnya menjelaskan. Sungguh aku merasa tak percaya.. aku lagi-lagi teringat dengan.. ah sudahlah.

"Kenapa?"

"Apa maksudmu?" Tanyanya bingung.

"Kenapa dia melakukan ini padamu Zio?" Ucapku tanpa sengaja hanya menyebut namanya.

Dia mengedikkan bahu lalu neghela nafas. "Kita tidak cocok.. walau pada akhirnya hubungannya dengan saudaraku kandas, tapi dia tak pernah seolah merasa menyesal telah melakukan itu pada kami"

Cewek macam apa itu.. apa dia gila sudah membuat sepasang saudara kandung itu terluka.
"Si-siapa dia?"

"Dia siapa yg kamu maksud? Saudaraku atau.."

"Dua-duanya" tekanku.

"Kembaranku, namanya Gio dan gadis itu Arin"

Deg!

Gio, Arin dan.... Arka. Kenapa sama.. Gio, pria dikantin tadi.. astaga apa benar dia Arka?..

"Arka" gumamku.

"Arka?.. siapa dia.. pria yg kamu sukai?" Astaga cowok ini mendengarnya. Nadanya seperti ah sudah aku pusing..

"Tidak tidak ada.. aku tidak menyukai siapa-siapa.. hanya teman" ucapku buru-buru.

"Kamu tahu.. saudaraku bilang, namanya lebih keren daripada namaku" ucapnya sembari tersenyum.

Ah aku jadi keingat ucapan Arka waktu itu.."Siapa tadi namamu, Arka?" Tanyaku, karena jujur aku hampir lupa.

"Hmm. Kenapa, keren?"..

Cowok itu. "Benarkah?" Tanyaku pada Zio.

"Hmm... memang serempetan tapi dia bilang namanya lebih keren dari namaku" ucapnya sedikit cemberut. Cowok ini sangat aneh.

"Memang siapa namanya, sampai dia bilang begitu?" Tanyaku penasaran.

Dia tersenyum kearahku, "kamu akan terkejut karena namanya sama dengan temanmu itu, atau pria yg kamu sukai. Namanya Arka Vergio Hutomo. Menurutku juga lebih keren Arka daripada Raka.. bagaimana menurutmu?"

Ya tuhan.. aku harap dia bukan Arka yg sedari tadi kufikirkan.. tidak-tidak.. ini tidak boleh.

"Gi?"

"Eh?.. menurutku nama kalian sama-sama keren.. toh pasti ada alasannya orang tua kalian memberi nama itu" ucapku asal-asalan.

"Ya.. alasannya karena mirip.. mungkin begitu" ucapnya lalu tertawa, tanpa sadar aku tertular tawanya. Zio dan Gio. Apa berarti kalau benar dia Arka yg kumaksud.. akan menjadi Raka dan Arka?.. ah sudah lebih baik aku lupakan.. mereka hanya memiliki nama yg sama.. dan mengenai pria dikantin tadi, mungkin hanya mirip saja..

Tapi, namanya.. Gio, Arka, Arka Vergio Hutomo..

Sial! Aku pusing.

.

Aku menjatuhkan tubuhku diatas kasur.. kepalaku benar-benar pusing karena memikirkan Arka, Arka dan Arka.. kenapa juga cowok itu masih bergentayangan diotakku, padahal aku sudah sangat berusaha melupakannya.

Phonselku berdering... nama Zio tertera disana, sebuah pesan masuk lewat selular..

Zio
Night.. have a nice dream..
Jangan dipikirkan ucapanku, kamu tidak harus menerima perjodohan ini.. akan sulit kalau kamu paksakan..
Istirahatlah..

Cowok ini lain dari yg lain.. dia tak memikirkan perasaannya sendiri, justru memikirkan perasaanku. Tak tahukan, sakit hati itu sangat menyesakkan..

Me
Too..
Thanks, akan aku usahakan.. nggak perlu dibatalkan, aku rasa kalau memang jodoh sejauh apa aku menghindar pada akhirnya akan tetap dipertemukan kembali..
Juga sebaliknya..
Pikirkan juga dirimu Zio..

Send

Segera kunonaktifkan phonselku, berat memang menerima perjodohan ini, tapi aku yakin.. setiap hal pasti ada hikmahnya.. semoga..

Meskipun masih ada Arka disini, menempati ruang yg dulu sempat kosong.. tapi semoga, kehadiran Zio dapat menghapus semuanya.. hanya itu yg kuharap, karena tidak mungkin Arka akan kembali.. mengingat kita juga hanya sebatas.. yah.. bisa dibilang Sahabat.. tapi aku lelah menunggunya.. dia tak akan kembali mengingat aku yg juga pergi ketempat ini.. mustahil rasanya kita akan dipertemukan..

Bisa jadi, Arka sudah menemukan pengganti Arin, dan kebahagiaan sahabat, kebahagiaanku juga...
Walau aku tak yakin, bisa merasa baik-baik saja.. karena jujur.. aku sudah jatuh, dejatuh-jatuhnya pada lubang yg sama meski hanya mengingat namanya semenit saja.. karena, tak bisa dipungkiri.. Arka..

Cinta pertamaku..

Hujan Dan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang