Dan disinilah Jimin berakhir. Duduk bersila diporselen dingin kamar Seulgi sambil menatap gadis cantik yang tengah tertidur pulas itu dengan lekat. Kakinya sudah mulai pegal, namun rasanya Jimin masih begitu enggan untuk beranjak dari tempatnya sekarang.
Kecupan kecil sesekali ia sematkan pada punggung tangan putih milik Seulgi yang masih bertaut erat dengan tangannya. Gadis itu jatuh tertidur karena kelelahan setelah sebelumnya tidak berhenti merengek dan mengoceh agar tidak Jimin tinggalkan.
Andai saja Seulgi melakukannya dalam keadaan sadar, Jimin pasti sudah mati dalam rasa bahagia.
Drrrtt!
Getaran pelan ponsel disaku celana bahannya membuat Jimin mengalihkan tatapannya sejenak. Bergerak meraih benda pipih itu dan menatap caller idnya sebentar untuk kemudian mengangkatnya.
"Halo pa?"
"Kamu dimana? Kenapa belum pulang? Ini udah jam berapa?"
Jimin yang diberondong oleh pertanyaan seperti itu seketika melirik kecil pada jam digital yang terdapat dinakas samping ranjang milik Seulgi. Matanya lalu melotot kaget saat melihat bahwa waktu ternyata telah menunjukkan pukul 3 dini hari. Jika saja papanya tidak menelpon, mungkin bisa saja ia terjaga semalaman karena betah menatap wajah tenang Seulgi saat tidur.
"Eungg.. malam ini aku nginep dirumah temen dulu pa. Hari ini kita capek banget karna cafe lagi rame, jadi pas selesai kerja ngelepasin stres dulu lah bentar. Tapi nanti aku pulang kok mandi sama ganti baju terus ke cafe lagi"
"Ngelepas stres gimana? Kalian ke club ya? Kamu gak main cewek, kan?"
Jimin sedikit gelagapan. "E-eh? Enggak kok, kita karaokean doang"
Matanya melirik pada Seulgi yang masih tertidur tenang dan mulai membatin. "Lagian mana tega mainin dia"
"Lain kali kalo mau nginep tuh bilang dulu, mama kamu khawatir banget, kamu ditelpon gak jawab. Untung papa kebangun dan inget buat nelpon lagi"
"Iya maaf pa"
"Yaudah papa tutup dulu"
"Iya"
Jimin kembali menyimpan ponselnya disaku tanpa melepaskan tatapannya pada Seulgi. Ia sebenarnya masih ingin berada disana sedikit lebih lama lagi, namun sayangnya ia juga merasa harus kembali ke tempat karaoke tadi untuk menemui Hoseok, Taehyung, dan Jungkook yang pasti masih tidak sadarkan diri.
Dan sebelum rasa enggan semakin menggerogotinya, Jimin dengan nekat bergerak mendekatkan wajahnya pada Seulgi yang masih terpejam.
CUP
"Sleep tight, cantik"
Jimin tersenyum lembut saat satu kecupan kecil berhasil ia semaikan dibibir tipis gadis itu. Lelaki itu lalu bergegas bangkit dari duduknya dan melangkah pergi melewati pintu. Meninggalkan Seulgi yang diam-diam meremat selimutnya dengan kuat, setengah mati menahan senyum.
******
Jimin berdiri mematung dipintu ruang karaoke yang beberapa jam lalu ia tinggalkan. Keadaan disana benar-benar kacau. Hoseok, Taehyung, dan Jungkook sudah jatuh tertidur dengan posisi yang tidak beraturan disofa, ditemani botol-botol yang berserakan dan beberapa gelas kaca yang isinya sudah tumpah kemana-mana.
Jimin melangkahkan kakinya kedalam ruangan dan bergerak mengisi salah satu bagian sofa yang masih kosong. Belum sempat Jimin menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, suara berat seseorang sudah menginterupsinya.
"Hai Jim!"
Jimin tersentak kaget saat melihat Taehyung sudah terduduk dan menatapnya sambil tersenyum. Jimin tahu dengan pasti bahwa lelaki ini masih berada dibawah pengaruh kuat alhohol. Dan tidak dipungkiri ia juga sedikit khawatir jika kelakuan Taehyung saat mabuk sama seperti Seulgi beberapa jam yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Menu
Romance#Longstory Seulmin. Dapur akan selalu menjadi tempat dimana seorang Chef menumpahkan passion dan skill yang dimilikinya. Namun apakah kalian percaya jika pada akhirnya dapur ternyata juga bisa menjadi salah satu tempat dimana seseorang menemukan be...