19

1.7K 232 161
                                    

Jimin memejamkan matanya dengan nyaman saat hembusan napas hangat nan teratur membelai lehernya begitu lembut. Tangannya sesekali turut bergerak, mengusap pelan lengan putih yang terasa sedikit dingin di dalam rengkuhannya.

Gemericik air di luar terdengar kian mengeras, menandakan bahwa hujan besar mungkin akan datang sebentar lagi.

Namun Jimin rasanya tidak lagi membutuhkan selimut atau apapun, karena dengan memeluk dan merasakan hembusan napas Seulgi saja sudah cukup untuk menghangatkan dan menenangkannya.

Drrtt!

Kesadaran Jimin sudah hampir menghilang saat ponselnya yang ia letakkan di atas nakas bergetar pelan, menandakan adanya sebuah panggilan yang masuk.

Tubuhnya ia balikkan secara perlahan, meraih ponsel itu menggunakan tangan kanannya selagi tangan kirinya masih setia merengkuh tubuh mungil kekasihnya dengan erat.

Papa is calling..

Jimin tersenyum kecil menatap nama sang penelpon yang tertera di layar ponselnya. Mengingat kejadian serupa pernah ia alami beberapa waktu lalu. Di tempat yang sama dan bahkan dengan orang yang sama pula, hanya status mereka saja yang sekarang sudah berubah.

"Iya, pa?"

"Belum tidur, nak?"

"Belum pa, uhm.. tapi sebenernya tadi udah hampir tidur, sih"

"Papa ganggu dong ya berarti?"

"Ah enggak kok pa, kan baru hampir"

Terjadi jeda selama beberapa lama, membuat Jimin yang masih setia menunggu sang ayah melanjutkan pembicaraannya, dengan santai menundukkan wajahnya dan mencuri beberapa ciuman di pipi tembam Seulgi.

"Katanya Soo, kamu udah balik duluan dari acara plesir?"

Mendengar kalimat itu, gerakan nakal Jimin sontak saja langsung terhenti di udara. Kepalanya kembali ia rebahkan dengan perlahan, mulutnya bungkam, menatapi langit-langit kamar Seulgi dengan pikiran yang berkecamuk.

Ia benar-benar lupa untuk membungkam mulut besar si manja Sooyoung.

"Iya kemarin aku balik duluan, pa"

"Kenapa? Ada masalah emang, Jim?"

"Emang Soo gak ngasih tau?"

"Enggak, kamu sekarang ada dimana emangnya? Kenapa gak langsung pulang ke rumah dulu?"

Jimin mengurut keningnya pelan, mendadak grogi sendiri mendengar pertanyaan sang ayah yang mendadak terdengar semakin menuntut.

Matanya lalu melirik pada Seulgi yang masih tidur beralas lengan kokohnya, napas gadis itu sedikit tidak teratur, dan kelopak matanya pun nampak sedikit berkedut. Membuat Jimin berasumsi bahwa gadis itu mungkin sedang mengalami mimpi buruk.

Wajahnya kembali ia tundukkan, memberi pelipis berkeringat Seulgi satu kecupan manis nan singkat.

"Di rumah temen, pa. Temen aku lagi sakit gak ada yang jagain"

Jimin sebenarnya tidak memiliki niat untuk berbohong, namun jika ia jujur sekarang, ia takut Seulgi akan dicap sebagai wanita yang tidak baik mengingat sekarang sudah tengah malam dan Jimin terus berada di rumah gadis itu.

"Temen, ya?"

Jimin menarik napas sejenak, menenangkan perasaannya yang terasa aneh sehabis berbohong. "I-iya, pa"

"Ya udah, semoga temennya cepat sembuh, terus kamunya juga jangan lupa pulang"

"Iya, nanti pulang kok"

Love MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang