Suasana didepan cafe mendadak hening. Beberapa pelayan dan pengunjung yang ikut menonton pun masing-masing hanya bergeming tanpa berniat membuka suara. Tidak ada yang berani melerai dan tidak ada pula yang berani menyela.
Mereka hanya diam memperhatikan bagaimana seruan Jungkook berhasil dengan perlahan membakar habis seluruh amarah yang tersisa didada Jaebum. Membuat lelaki yang merasa emosinya sudah sampai diubun-ubun itu segera menarik kerah baju Jungkook dan kembali memberi lelaki itu pukulan bertubi-tubi.
Namun belum puas Jaebum melampiaskan seluruh kemarahannya, sepasang tangan sudah mencengkram kerah bagian belakang bajunya dengan kuat dan membanting tubuhnya ketanah.
"BRENGSEK LO! GAK USAH IKUT-"
BUGH!
Ucapan Jaebum terpotong saat lelaki itu memukul wajahnya dengan keras tanpa aba-aba. Membuat Jaebum semakin kalap dan balas memberi lelaki itu sebuah pukulan yang lebih telak. Namun seolah tidak merasakan apapun, Jimin hanya diam membiarkan wajah dan tubuhnya menjadi sasaran pelampiasan Jaebum.
Sudah cukup. Jimin merasa semua yang ia lihat dan dengar sudah lebih dari sekedar cukup. Hatinya berdenyut sakit dan Jimin butuh beberapa pukulan diwajahnya agar rasa sakit itu berpindah dan berubah menjadi sesuatu yang bisa ia lihat dan pegang.
Karena merasakan sakit difisiknya sungguh masih jauh lebih baik daripada merasakan sakit dihatinya.
Jaebum yang merasa mendapat samsak hidup dengan cuma-cuma tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Pukulan itu masih ia lancarkan dengan penuh amarah. Bahkan luka kecil yang mulai mengeluarkan darah dipelipis dan sudut bibir tebal Jimin tidak membuatnya kasihan sama sekali.
"KENAPA LO DIEM?! LAWAN GUE ANJING!"
Jimin bergeming memperhatikan wajah murka Jaebum yang sangat dekat dengan wajahnya. Dan ketika Jaebum menyadari tidak adanya sorot getir dimata sipit Jimin, pukulan keras kembali ia layangkan tanpa ampun.
BUGH BUGH!
Baiklah. Jika memang hari ini Jaebum tidak berhasil mematahkan leher Jungkook, leher temannya pun tak jadi masalah.
Seulgi yang berdiri tidak jauh dari mereka mulai menutup mulutnya dan menangis keras. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat bagaimana wajah Jimin mulai dipenuhi oleh darah segar.
Jimin yang masih sepenuhnya sadar dengan sedikit samar mendengar suara tangisan Seulgi disisi kirinya. Membuatnya tersenyum miring dan dengan mudah menendang dada Jaebum dengan luar biasa keras. Menyebabkan keadaan mereka berbalik dalam hitungan detik.
Dengan sedikit tertatih, Jimin bangkit berdiri dan memperhatikan Jaebum yang tengah berguling sembari memegangi dadanya. Tatapannya ia alihkan pada 6 anak lelaki lain yang masih berdiri kaku mengelilingi Seulgi. Lalu memberi kode pada mereka untuk membawa Jaebum pergi dari hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Menu
Romance#Longstory Seulmin. Dapur akan selalu menjadi tempat dimana seorang Chef menumpahkan passion dan skill yang dimilikinya. Namun apakah kalian percaya jika pada akhirnya dapur ternyata juga bisa menjadi salah satu tempat dimana seseorang menemukan be...