18

1.9K 241 199
                                    

"Sayang, makan lagi ayo"

"Gak mau"

"Ayolah, masa baru sesuap udah berenti?"

"Gak nafsu"

"Tadi katanya laper"

"Udah gak laper, soalnya masakan kamu gak enak"

Sambil terus memeluk Jimin, Seulgi menggumam dengan suara yang teredam karena wajahnya ia sembunyikan di dada lelaki itu. Tidak sedikitpun menyadari raut kesal Jimin yang tercipta karena perkataannya.

Mereka saat ini tengah duduk saling bersebalahan di sofa ruang tengah flat milik Seulgi. Tangan kanan Jimin menenteng sebuah sendok berisi satu potong tahu, sedangkan tangan kirinya sibuk memegangi mangkuk berisi sup miso yang masih hangat.

"Lidah kamu aja tuh lagi gak bener, masakan aku mana mungkin gak enak, kamu pikir tujuh tahun aku di luar negeri ngapain kalo gak belajar masak?"

Seulgi terkekeh pelan, merasa begitu lucu mendengar nada kesal Jimin. Sukses membuat Jimin yang semakin jengkel akhirnya menjejalkan dengan paksa potongan tahu tersebut ke mulut Seulgi.

******

Waktu menunjukkan tepat pukul tiga sore saat Seulgi yang tengah berusaha terlelap nampak membolak-balikkan tubuhnya dengan gelisah di atas kasur. Matanya sama sekali tidak mengantuk, namun Jimin malah memaksanya untuk beristirahat.

Beruntung lelaki itu sekarang berada di ruang tengah, bertelpon ria entah dengan siapa mengurus beberapa hal mengenai restoran barunya. Membuat Seulgi setidaknya bisa sedikit bernapas lega.

Cklek

Pintu kamarnya dibuka, membuat Seulgi buru-buru kembali memejamkan matanya. Sisi kanan kasurnya terasa sedikit tenggelam, menandakan ada seseorang yang tengah mengisi bagian itu. Dan tentu saja sudah bisa dipastikan bahwa itu adalah jimin.

"Aktingnya jelek banget sumpah" lirih Jimin pelan, memperhatikan Seulgi yang terus berusaha merapatkan kedua matanya.

Seulgi masih bergeming, mempertahankan posisi pura-pura tidurnya, hingga tak lama kemudian serangan jantung kecil ia rasakan saat kecupan bertubi-tubi mendarat di bibirnya.

Cup cup cup

Matanya sontak saja terbuka lebar, membelalak kaget saat menemukan wajah Jimin yang tidak lagi berjarak dengan wajahnya.

"Jim-"

Tangan kanan Seulgi yang terbebas dari infus secara otomatis naik dan membungkam bibirnya sendiri, menutup akses lelaki itu untuk menyerangnya lagi.

Sorot Seulgi yang tadinya kaget selanjutnya berubah galak, memberi tanda pada Jimin bahwa ia sangat keberatan sekali dengan aksi lelaki itu barusan.

"Apa?" Alis Jimin terangkat sebelah, menantang balik Seulgi yang jelas sekali terlihat kesal.

"Ini namanya pelecehan tau!" Seru Seulgi dengan suara yang teredam.

"Gak bisa disebut pelecehan kalo kamu juga suka"

"Siapa bilang aku suka?!"

"Oh jadi kamu gak suka?"

"Enggak!"

"Yaudah!"

Jimin bergerak cepat membaringkan tubuhnya untuk kemudian menutup wajahnya yang cemberut menggunakan lengan kiri. Membuat bibir Seulgi secara otomatis turut mengerucut kecil.

"Jim.."

Jimin masih bergeming, mengabaikan panggilan Seulgi, membuat gadis itu merasa bersalah seketika.

Love MenuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang