I Want to Be Your King

4.1K 294 180
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Jue Viole Grace, ia tak terlalu menyukai nama lahirnya itu. Ia lebih menyukai nama Bam, nama kecil dari ibu dan ayahnya. Makna dari nama panggilannya itu selalu terngiang di dalam benaknya. The 25th Bam, malam ke-25. Ia yang lahir pada malah hari, pada hari ke-25. Dirinya masih mengingat ucapan ibunya,

"Kau adalah Bam ke-25. Dewa mengirimkanmu kepada ibu dan ayah tepat pada malam ke-25 di tahun itu. Dan malam itu merupakan malam terindah bagi ibu dan ayah."

"Viole,"

Hhh. Sayangnya ia tak akan pernah mendengar nama Bam dari siapa pun lagi.

Ia melirik sekilas sosok yang muncul di balik pintu. Sebelum kembali menjatuhkan perhatiannya pada lembaran kertas di atas meja.

"Ada apa, Hwaryun-ssi?"

Suara langkah kaki memecah keheningan ruangan itu. Sepasang sepatu hak tinggi berwarna merah terlihat di jangkauan pandangan matanya.

"Kau harus segera bersiap. Ini sudah pukul 5."

Manik emas itu melirik jam digital yang bertengger di meja. "Aku masih harus mempelajari beberapa dokumen ini. Aku akan ke bawah tiga puluh menit lagi."

Meskipun ucapannya bermaksud untuk mengusir sosok bernama Hwaryun, tapi nampaknya wanita itu enggan beranjak dari tempatnya berdiri. Mau tak mau matanya akhirnya bergerak menatapnya.

Hwaryun berdiri dengan dua tangan yang terlipat di depan dada. Mata yang senada dengan surai merahnya itu menatap lurus ke arahnya.

"Aku tak gugup, kau tenang saja." Ia menghiraukan satu alis Hwaryun yang terangkat.

Kalau Hwaryun masih disini, ia tak akan bisa menyelesaikan membaca deretan kata di hadapannya. Tatapan yang tertuju lurus itu seolah tengah membaca dirinya secara terang-terangan.

Ya, memang tak bisa dipungkiri kalau Hwaryun sedang membaca dirinya sekarang. Mengenal tabiat Hwaryun, wanita itu lebih memilih untuk bertindak tidak sopan dibanding harus menunggu dirinya untuk berbicara lebih dulu. Karena jika menunggu yang dipilih, Hwaryun tidak akan mendapatkan apa pun darinya.

"Jinsung Ha akan menemanimu sepanjang pertemuan itu."

"Oh, kau tidak ikut?"

Aneh rasanya, jika selama ini yang lebih sering menemaninya adalah Hwaryun, kenapa tiba-tiba yang mereka kirim adalah gurunya?

"Aku ada urusan lain."

Manik emas itu mengikuti pergerakan Hwaryun yang berbalik dan berjalan menuju pintu. Kepala itu menoleh sedikit. "Nikmati pesta pertamamu, Rajaku."

Bamkhun's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang