Knock knock, Open Your Door Please

2.1K 237 60
                                    

Ini sudah lewat larut malam, pukul 11.57 tepatnya. Bam rasa hanya dirinya yang masih tinggal untuk menyantap makan malam yang kelewat malam. Salahkan Evankhell yang menahannya di ruang Latihan sampai setidaknya 10 menit yang lalu. Sebenarnya ia ingin langsung tidur, tapi mendengar perutnya yang berbunyi cukup nyaring membuat kaki itu berbelok dari arah tangga menuju dapur.

Lagipula siapa yang mau melewatkan masakan Khun? Sahabatnya itu jarang sekali turun tangan langsung dalam urusan dapur, meskipun kue yang dibuatnya adalah favorit semua yang ada di sana.

"Ada yang lebih penting daripada membuat perut kalian kenyang."

Begitu katanya jika ada yang menyuruh Khun untuk mencoba memasak sesekali. Dan akhirnya waktu itu datang. Malam sebelumnya Khun kalah taruhan dengan Shibisu, membuat lightbearer itu mau tak mau akhirnya masuk ke dapur untuk memasak hidangan untuk malam ini. Sedikit kecewa sebenarnya, saat ia tak bisa menyaksikan saat-saat sahabatnya itu memasak. Padahal dari foto yang dikirimkan Shibisu, Khun terlihat begitu menggemaskan dengan apron pink bergambar hati milik Shibisu.

Jangan tanyakan padanya kenapa Shibisu bisa memiliki benda seperti itu.

Masakan yang dibuat si pemuda biru cukup sederhana. Samgyetang sebagai menu utama, serta pajeon sebagai side dish. Hangatnya ginseng sedikit mampu mengurangi rasa lelah di tubuhnya. Jika ada yang masuk ke dapur dan menemukan Bam tersenyum di hadapan semangkuk samgyetang, mungkin mereka akan langsung mengecek suhu tubuhnya saat itu juga. Takut-takut menu Latihan si wanita dari neraka itu mulai menunjukkan dampaknya.

Tapi ia tersenyum bukan karena mendadak gila atau sakit. Ia hanya tak bisa menahan dirinya saat tiba-tiba percakapan pagi tadi antara dirinya bersama Khun terlintas di benaknya.

"Hari ini jadwal latihanmu dengan Evankhell lagi?"

Bam yang tengah duduk di sisi tempat tidur Khun mengangguk, sebelum sadar bahwa Khun tidak sedang melihat ke arahnya. Pemuda biru itu sedang sibuk mengepang rambutnya di depan cermin.

"Ya, sepertinya akan begitu paling tidak sampai guru benar-benar pulih."

Bam memperhatikan bagaimana Khun menyelipkan kepangan kecil itu di balik telinganya, sebelum akhirnya membalikkan badannya untuk menatapnya.

"Itu artinya kau akan melewatkan makan malam?"

Meski samar, tapi Bam bisa mendengar bagaimana intonasi itu menurun di akhir. Menghabiskan waktu menaiki menara mengajarkan Bam untuk mengenal berbagai macam ekspresi. Dan Bam yakin ekspresi yang ia lihat di hadapannya adalah ekspresi kecewa. Meskipun sedikit.

"Ah, Khun yang dapat giliran memasak malam ini ya?"

Khun mengambil sisi kosong di sebelah Bam, sebelum mengaktifkan lighthouse-nya dan mengetikkan sesuatu di sana. "Ya, Isu dan ide licik sialannya itu. Apa kubuat mereka diabetes saja dengan menyajikan dessert yang super manis untuk makan malam ya?"

Berbagai macam resep cake dan manisan muncul di layar depan mereka. Bam tertawa pelan. "Kau tahu mereka semua tak akan keberatan dengan dessert darimu kan? Bahkan mereka sangat menyukainya."

Bibir itu maju beberapa senti, hanya sesaat karena sebuah senyuman lebar tampak di wajah Khun. "Bagaimana kalau aku memaksamu untuk menyelesaikan latihanmu sebelum makan malam?"

Alis Bam terangkat. "Kau akan mengurung Evankhell dengan enna core lalu membawaku kabur dari tempat latihan?"

Tangan itu terkibas di depannya, bersamaan dengan tawa kecil yang terdengar. "Meskipun itu akan menyenangkan untuk dicoba tapi aku punya cara lain yang lebih mudah."

Bamkhun's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang