Di salah satu penginapan, tepatnya di pusat kota tanah La Foudre, dua orang yang menempati salah satu sudut ruangan hanya memperhatikan bagaimana satu dari mereka bergerak kesana-kemari tanpa henti. Satu tangannya memegang dagu, sementara tangan yang lain menjadi tumpuan. Alis itu bahkan bertaut terlalu dekat, membuat kerutan di dahi terlihat sangat jelas.
Itu sudah terjadi lebih dari sepuluh menit.
Si gadis merah menyerah, kemudian memilih melemparkan tatapannya pada pemuda kuning yang duduk di sampingnya. Sadar akan tatapan yang tertuju padanya, akhirnya si pemuda kuning itu juga mengalihkan pandangannya. Keduanya berkomunikasi dalam diam.
"Argh, aku tak bisa menunggu selama itu!"
Seruan dari satu-satunya sosok yang tak bisa diam sedari tadi lah yang mengakhiri komunikasi hening mereka.
Si kuning, yang membawa berita yang berhasil memicu kegelisahan sang putra mahkotanya hanya bisa menghela nafas. "Yang mulia, kau hanya perlu menunggu selama tujuh hari."
Sang yang mulia menolehkan kepalanya dengan cepat. Menatap si kuning dengan tatapan dramatis. "Hansung, tujuh hari itu sama dengan 168 jam! 1080 menit! 604800 detik! Itu terlalu lama, Hansung! Aku tak bisa menunggu selama itu!"
Satu-satunya gadis di sana tak bisa menahan diri untuk memutar bola matanya. Masa bodo dengan status pemuda di hadapannya. Tingkah laku pemuda itu terlalu berlebihan untuk seorang putra mahkota.
"Kalau begitu lakukan saja sisa angka 10 dari taruhanmu."
"Kau benar juga!"
"Tidak, tidak. Saya tidak akan mengizinkan yang mulia menyusup ke istana La Foudre."
Bibir itu mencebik, tak terima dengan penolakan keras dari pengawal pribadinya. "Lalu kau punya ide apa selain menunggu, tuan Yu Hansung?"
Hansung terdiam, tapi matanya tetap menatap lurus sang putra mahkota. Tatapan yang menyiratkan bahwa sudah ada ide di dalam kepala itu, namun lidahnya tak mau berkerja sama untuk mengatakannya.
Sampai akhirnya, sang lidah mengalah dan Hansung membuang nafas kasar. "Saya memiliki ide, bagaimana yang mulia bisa bertemu dengan pangeran Aguero dua hari lebih awal."
Binar mata yang ditunjukkan sang putra mahkota benar-benar menyilaukan pandangan dua orang di sana. Dua hari lebih awal. Itu artinya ia hanya perlu menunggu selama lima hari. "Eeeey, kenapa tak kau katakan dari tadi Hansung!"
"Tapi yang mulia harus berjanji akan satu hal."
Sang putra mahkota mengangguk cepat. Seolah meminta Hansung untuk mempercepatnya.
"Yang mulia harus mengingat bahwa kini yang mulia hanya lah pelancong biasa. Tak mungkin pihak kerajaan membiarkan yang mulia untuk mendekati pangeran Aguero dalam kondisi apa pun. Apa lagi penjagaan terhadap pangeran Aguero akan menjadi sangat ketat mengingat status yang dimiliki sang pangeran sekarang. Jika rencana ini berhasil, yang mulia hanya bisa melihat pangeran Aguero dari kejauhan."
"Tak masalah bagiku. Melihatnya dari kejauhan sudah cukup untuk meredakan kerinduanku."
Jawaban sang putra mahkota membuat Hwaryun mencibir. "Apa yang di depanku benar putra mahkota Jue Viole Grace?"
Kini sang putra mahkota lah yang memutar bola matanya. "Kau akan mengerti jika sudah merasakannya, Ryun. Jantungku bahkan masih berdebar tak karuan setelah pertemuan pertama tadi."
"Penyaksian pertama. Kau hanya melihatnya di antara kerumunan seperti penduduk yang lain. Bahkan kalian tak saling bertatapan. Kau tak bisa menyebutnya sebagai pertemuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bamkhun's Journey
De TodoThey said, "We have something to tell you about our pages. Will you desire to open our journey?" Hanya kumpulan ide-ide BamKhun yang langsung dituangkan dalam cerita sebelum ide menguap.