Try to Steal Yours |1|

1.2K 132 80
                                    

Ruangan musik di lantai 2 itu selalu dipenuhi oleh penonton gratisan ketika jam dinding di sana menunjukkan angka 5 sore. Pintu di sana dulunya selalu tertutup, tapi karena suatu alasan pintu kedap suara itu mulai terbuka. Dari terbuka hanya sedikit, sampai terbuka sepenuhnya. Bukan hanya memenuhi pintu, tapi para penonton gratisan itu mulai berani menginjakkan sepatu kotor mereka di lantai ruang musik yang mengkilap.

Hal tersebut sangat mengganggu Khun Aguero Agnis, salah satu anggota klub musik yang selalu ada di ruang itu pukul 5 sore di hari Selasa dan Kamis.

Terlebih ketika netra kobaltnya menemukan sosok pencetus para penonton gratisan itu berdiri dengan senyum menyebalkannya di ambang pintu. Menyandarkan punggungnya yang basah dengan keringat yang tertransfer dari seragam basketnya.

Hari Kamis, pukul 5 sore. Saat biasanya klub musik bermain santai sebelum mengakhiri pertemuan klub mereka. Biasanya akan ditutup dengan permainan tiga anggota terbaik mereka. Memainkan lagu pilihan yang diminta para anggota kelas 1. Betapa dimanjakannya para anggota kelas 1 oleh kebijakan yang dibuat sang ketua klub.

Hari itu, giliran Merry Go Round of Life yang dimainkan. Tiga anggota terbaik klub musik tahun ini sudah bersiap dengan alat musik andalan mereka. Sang ketua sudah duduk manis di belakang piano putih klasik, pemain cello handal sudah siap di belakang cellonya, dan Khun Aguero Agnis sudah memegang erat biola miliknya.

Lantunan piano yang dibawakan Enryu mengawali penutupan pertemuan kali itu. Aguero menutup matanya, ketika itu saatnya alunan biolanya masuk. Tak lama, suara cello yang dimainkan Ehwa menyatukan semua nadanya.

Tak akan ada yang mengeluarkan suara sedikit pun ketika mereka bertiga sudah berdiri di sana, memegang alat musik mereka. Di tengah ruang klub musik. Menghanyutkan tiap pasang telinga yang beruntung mendengarkan lantunan indah dari ketiganya.

Ketika pertunjukan itu diselesaikan dengan lantunan bait terakhir piano, suara tepuk tangan gemuruh menyambut ketiganya. Tentu, suara seheboh itu tak akan tercipta hanya dengan anggota klub musik saja. Para penonton gratisan itu selalu mencoba mengambil alih standing ovation dari anggota klub musik.

Terutama pemuda yang bertepuk tangan paling kencang. Jangan lupakan senyuman anehnya.

Pemandangan itu lah yang pertama kali menyapa Aguero ketika sepasang manik biru itu kembali bercahaya setelah sebelumnya dibiarkan meredup.

"Hei, bukankah itu sangat tak adil? Bagaimana mungkin karya Tuhan paling indah membawakan salah satu karya manusia terindah dengan begitu sempurna? Kau akan membuat banyak orang patah hati melihat kesempurnaanmu, Aguero."

Itu dia. Kalimat keju yang merusak gendang telinganya di tiap akhir penampilan pukul 5 sorenya. Selalu berhasil membuat Aguero memutar bola matanya malas, terlebih ketika suara sorak sorai dan siulan tak jelas akan menyertai kalimat keju itu. Yang berasal dari para penonton gratisan yang mendukung penuh si pencetus asupan syahdu telinga mereka.

Anggota klub musik? Mereka tak ada yang berani bersuara di bawah tatapan tajam Aguero. Harus berakhir para anggota itu yang memekik iri di dalam hati masing-masing.

Sebut saja Jue Bam Grace. Lelaki yang mendapat predikat terkeju dari tiga angkatan Sekolah Talse Uzer sejak awal semester lalu, saat Bam untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di sekolah tersebut. Dan seenaknya langsung mengganggu ketenangan hidup Aguero.

Oh, ngomong-ngomong masih ada satu predikat lagi yang menempel pada siswa kelas 2-5 itu. Ternekat. Ya, bagaimana Bam bisa lolos dari predikat itu dengan apa yang telah ia lakukan?

1. Ia mengusik Khun Aguero Agnis dengan kedatangannya.

2. Ia menghujani Khun Aguero Agnis dengan kalimat-kalimat kejunya.

Bamkhun's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang