29 November, xxx3
Tanah Utara memiliki tiga kerajaan yang hidup berdampingan. Kerajaan Acicula yang menempati bagian Timur Laut dari Utara, Kerajaan Volbloed yang menempati bagian Barat Laut dari Utara, dan Kerajaan die Gnade yang mengambil sentral dari tanah Utara. Tak seperti kerajaan-kerajaan di tanah Selatan, Barat, dan Timur, tiga kerajaan ini lebih menutup kehidupan sosial dan politik mereka. Legenda mengatakan, tiga raja dari kerajaan Utara sepakat membangun sebuah tembok tinggi yang memisahkan mereka dengan tanah lain. Namun belum ada yang bisa membuktikan legenda tersebut. Belum ada pasukan dari kerajaan mana pun yang berekspedisi sampai ke tanah Utara.
Hidup berdampingan dalam satu tanah tak membuat ketiga kerajaan di sana memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Tidak sama sekali. Peperangan terjadi setiap saat, bahkan ketika raja-raja terdahulu mereka menulis perjanjian yang dipahat di atas batu dan ditancapkan di puncak tembok. Perjanjian tentang tiga kerajaan yang akan menjaga bersama tanah mereka dari pihak luar.
Semua diawali 100 tahun yang lalu, saat tanah Utara mendapatkan omega suci yang dikirimkan Dewa untuk membawa kedamaian. Namun, bukan lah kedamaian yang dibawa oleh omega tersebut melainkan hanya kekacauan lah yang timbul. Peperangan dimulai, ketiga kerajaan memiliki tujuan yang sama. Menjadikan sang omega sebagai permaisuri mereka.
Kepercayaan yang dianut penduduk tanah Utara menyiratkan omega adalah Dewi suci yang dipinjamkan Dewa untuk memakmurkan tanah yang mereka pijak. Mereka memujanya di awal, hanya untuk berperang secara keji dan hampir menenggelamkan tanah Utara dengan lautan darah untuk mendapatkan sang Dewi.
Pada akhirnya, tak satu pun yang berhasil mendapatkan sang Dewi yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya agar dapat menghentikan semua peperangan ini. Sayangnya, pengorbanan sang Dewi begitu sia-sia. Karena peperangan terus berlangsung. Dengan alasan yang berbeda.
Memperebutkan posisi sentral di tanah Utara.
Itu lah mengapa tanah Utara mendapat julukan tanah mati oleh penduduk tanah yang lain. Karena legenda berkata, kau hanya akan melihat lautan merah ketika berhasil memanjat tembok tinggi di sana.
Setidaknya dua puluh tiga tahun yang lalu, legenda itu menghilang begitu saja. Hanya beberapa yang masih mempercayainya, namun sebagian besar mulai membuka mata mereka tentang kebenaran di tanah Utara.
Tentang seorang raja yang berani menentang ideologi penduduk tanah Utara dan membuat ideologi baru yang membawa para penduduk tanah tersebut untuk melihat betapa luasnya dunia.
Sejak saat itu, kerajaan tanah Utara tak menutup kegiatan sosial dan politik mereka dari dunia luar.
Clang! Klang!
Suara benturan pedang mengawali pagi yang cerah. Seorang remaja lelaki tampan dengan figur tinggi dan tegap memainkan pedangnya dengan ringan, menangkis tiap serangan yang dilancarkan lawannya. Di sisi lain, seorang pria paruh baya dengan sebagian rambut yang hampir memutih dan diikat ke belakang mengayunkan pedangnya gesit, menyerang tiap titik lemah sang lawan.
Ini pertandingan ke-1039 mereka. Pertandingan yang menjadi rutinitas harian bagi keduanya semenjak sang remaja menginjak usia 15 tahun. Ketika sang ayah mengizinkannya untuk memegang pedang sungguhan, bukan pedang kayu yang selalu ia gunakan untuk bertarung sejak usianya 10 tahun.
Klang!
Dan menjadi kemenangan pertama si remaja lelaki yang kini tersenyum lebar meski nafasnya memburu. Kelelahan bertarung pedang selama dua jam tanpa henti menguap entah kemana ketika melihat pedang legenda sang general utama terhempas ke udara sebelum jatuh ke tanah beberapa kaki dari posisi mereka berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bamkhun's Journey
AléatoireThey said, "We have something to tell you about our pages. Will you desire to open our journey?" Hanya kumpulan ide-ide BamKhun yang langsung dituangkan dalam cerita sebelum ide menguap.