⚠️ Warning! Part ini sedikit membingungkan. Dimohon membaca dengan pelan-pelan. Risiko mati penasaran ditanggung pembaca.
Kaki kecil bersepatu putih itu terus saja berlari menuruni curamnya jalan yang berbecek. Sang pemilik bahkan menghiraukan sisa-sisa tanah yang membuat noda pada sepatu putih, kulit pucatnya sedikit tergores oleh duri-duri tajam tanaman liar. Dia semakin mempercepat langkah kakinya ketika mendengar suara langkah kaki lain yang kian mendekat.
Suara langkah kaki seorang pembunuh.
Cakrawala menampakkan warna jingga yang indah dan sang purnama bersinar redup. Gadis itu tahu kalau waktunya tidak banyak lagi sejak dia keluar dari ruangan neraka, sementara yang menunggu adalah sebuah permainan yang tidak mungkin dia menangkan.
Harapan.
Gadis itu berhenti untuk sekedar menoleh untuk melihat seberapa jauh dia telah melarikan diri. Jika harapan benar-benar berpihak dengannya, dia berjuang sedikit lagi untuk bebas.
"Aku menolak untuk kalah," ucapnya seraya mengusap peluh yang membasahi dahi.
Matanya semakin menyipit ketika melihat deretan burung berwarna hitam yang berkeliaran, mereka pasti punya rumah untuk berlindung sementara gadis itu harus melarikan diri dari sang pembunuh.
"Apa kau ada di sini?"
Gadis itu segera berlari dengan tergesa-gesa ketika mendengar suara sang pembunuh. Nada itu terdengar riang, candu dan menipu, tapi situasi seperti ini tidak mungkin membuat si gadis lengah.
Dalam hatinya, dia akan berusaha untuk bersembunyi dari sang pembunuh sampai seseorang menolongnya.
-Welcome to Sirius Aequum Sapientes-
Halley Ver. 3
Bimasakti: Primus Inter Pares
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] High Class Mahawira 🔚
General Fiction[BIMASAKTI SERIES] Halley Ver. #3 "Di dunia ini tidak ada manusia yang suci, semuanya pasti mempunyai setitik kotoran." Kata-kata yang sering diucapkan Liam menjadi momok menakutkan bagi warga Bimasakti. Terlepas dari prestasi gemilang yang diraih S...