🎥 PROLOGUE

1K 69 209
                                    

"Sekolah adalah sebuah medan perang dimana orang-orang bisa membuatmu jatuh kedalam jurang keputusasaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekolah adalah sebuah medan perang dimana orang-orang bisa membuatmu jatuh kedalam jurang keputusasaan. Jika kau tidak segera bangkit, kau kalah."

-Wellcome back to Bimasakti Senior High School-

🎬

"Apa yang kakek buyut pikiran ketika membangun Bimasakti?" tanya Ivy penasaran ketika mobil hitam kebanggaan mereka melewati gerbang depan Bimasakti yang berwarna hitam dan emas. Dia kemudian menoleh ke arah Liam, meminta pemuda itu segera menjawab pertanyaannya.

Kening Liam berkerut mendengar pertanyaan tiba-tiba yang menurutnya sangat aneh. Pemuda itu mengalihkan pandangannya sebentar dari tablet, membalas tatapan sang saudara sepupu. "Apa ada masalah dengan itu?"

Dari gerbang depan, mereka disuguhkan oleh pemandangan hijau khas hutan pinus yang terletak di sebelah kanan dan kiri jalan sejauh empat ratus meter. Jalanan terasa sepi karena jarangnya kendaraan yang melintas. Bimasakti tidak mengizinkan muridnya untuk membawa kendaraan ke sekolah, mereka hanya menerima kendaraan pribadi dan bus sekolah untuk memasuki area sekolah.

"Aku merasa seperti sekolah di dalam hutan rimba," jawab Ivy dengan wajah cemberut. "Aldebaran terletak di tengah kota dan Magellan berdekatan dengan laut. Bukankah mereka sangat beruntung?"

Liam kembali fokus pada tabletnya dengan wajah datar ketika Ivy mulai mengeluh lagi. "Mungkin kakek buyut suka dengan gunung ... kakek Laiv juga suka gunung, lagipula itu yang membedakan Bimasakti dengan sekolah lain. Sekolah unggulan punya ciri khas sendiri."

"Aku setuju denganmu, tetapi tetap saja aku tidak suka. Gunung terlalu menyeramkan, ada kasus dimana orang bisa hilang ketika digunung," ucap Ivy.

"Itu kesalahannya karena tidak berhati-hati," kata Liam dengan datar. "Jangan terlalu menyalahkan gunung."

Ivy mendesah pelan, jari-jari lentiknya memainkan kaca jendela mobil, matanya memandang jauh ke arah hutan. "Banyak hantu digunung, Liam. Aku yakin mereka menghilang karena hantu atau makhluk lain, monster misalnya."

Liam tersenyum tipis tanpa diketahui oleh Ivy. "Makhluk-makhluk itu mungkin ada dimana-mana."

"Seandainya mereka bisa secantik Illios, aku bisa lama-lama berada di gunung," kata Ivy pelan. "Hantu di luar Bimasakti terlihat menyeramkan."

"Ngomong-ngomong soal Illios, dia cowok," ralat Liam. "Dia tidak cantik sama sekali."

"Kau benar, Illios sangat pucat dan transparan. Kira-kira berapa umurnya?"

"Entahlah, aku tidak berminat dengan umur Illios. Jika masih hidup dia mungkin sudah setua kakek buyut," jawab Liam seraya memasukkan tablet kedalam tas. "Semakin kita tidak tahu tentang dia, semakin baik."

Gerakan Liam terhenti, kemudian menatap saudaranya yang masih memainkan kaca jendela.

Liam harus mencari cara agar Bimasakti bebas dari hantu-hantu liar.

[3] High Class Mahawira 🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang