Update setelah sekian abadTugas selama liburan lagi numpuk, jadinya disempet sempetin update
Jangan lupa vomentnya
Happy Reading💓
.
.
.
.Lee Jungyeop hanya bisa memijat keningnya pelan. Baru saja ia mendapat laporan bahwa kemarin
anak asuhnya -Sujeong sedang tidur bersama kekasihnya. Jungyeop masih tak habis pikir, bisa bisanya mereka berdua tidur bersama. Sudah tau idol malah bikin masalah. Bagaimana jika berita ini tersebar?! Ujung ujungnya juga agensi yang disalahkan."Apa yang membuat kalian tidur bersama?", ucapan Jungyeop sukses membuat Sujeong maupun Taehyung yang awalnya menunduk langsung mendongak seketika.
"Emm... Itu ka-ka-kami--,"
"Maaf sebelumnya sajangnim, ini murni benar benar kesalahan saya. Sujeong tidak bersalah. Saya sengaja menerobos penjaga untuk bisa bertemu langsung dengan Sujeong malam itu juga. Jadi, sajangnim bisa hukum saya" saut Taehyung dengan 'sok' berani tepatnya. Memang sebenarnya ia sudah ketakutan dari tadi, hanya saja tertutup dengan gaya dan wajah sok cool nya itu.
"Lalu apa yang sudah kalian lakukan?"
Taehyung dan Sujeong menegakkan tubuhnya lalu saling menatap satu sama lain, "kami tidak melakukan apa apa sajangnim", jawab keduanya saling berbarengan.
"Oh ya?", Jungyeop tampak menatap keduanya dengan tatapan curiga "emm... Berciuman?",
"Tidak!"
"Tidak! Kami tak melakukannya Jungyeop sajangnim"
Setelah mengatakan itu, Sujeong langsung menundukkan kepalanya malu. Tuduhan tidak tidak yang ia cemaskan sejak kemarin terjadi begitu saja. Ia tidak mau sampai berita ini tersebar, bisa mati ia dihujat fans sejuta umat milik Taehyung.
"Lalu?, Berpelukan saja?".
"Iya sajangnim", sungut Taehyung dengan menaik turunkan kepalanya pelan.
"Kali ini aku percaya pada kalian, walaupun aku sendiri tidak tau apa saja yang sudah kalian lakukan. Tapi...." ucap Jungyeop yang sedang mengelus dagunnya pelan dengan ibu jari dan jari telunjuk "jangan pernah ulangi hal ini lagi," pesannya dengan senyum yang mengembang.
"Iya sajangnim, kami tak akan melakukannya lagi" seru keduanya lega. Siapa yang tau jika pada akhirnya Jungyeop tak marah. CEO Woolim ini memang the best.
"Maafkan kami sajangnim, kami janji tidak akan mengulanginya"
"Aku memegang janjimu Jeong-ah" canda Jungyeop yang dibalas senyuman oleh Sujeong dan Taehyung.
.
.
.
.Setelah naik taksi hampir lima belas menit, Jung Yein tampak berjalan pelan menuju taman yang agak jauh dari lokasi dorm nya. Alasannya sederhana, karena sang adik -Jung Hyoin sangat ingin bertemu dengannya. Alasannya simpel, 'kangen eonni'. Hyoin, yang merupakan gadis cerdas di sekolahnya, sibuk mengurus perkuliahannya di Los Angels, AS. Dan rencananya, besok sebelum fajar, ia akan terbang ke negara milik presiden Donald Trumph.
Berjalan lirih kurang lebih lima menit, nampak seorang gadis mengenakan blazer putih dengan kombinasi rok rajut berwarna serupa melambaikan satu tangan ke arah Yein.
Memicingkan matanya pelan, memastikan jika tubuh mungil itu milik sang adik. Namun hasilnya nihil. Dari perawakannya saja sudah berbeda. Wanita itu bertubuh langsing sedangkan adiknya sedikit lebih lebar. Tunggu, bukankah wanita itu seperti sedang melambai padanya?!. Atau hanya matanya saja yang terganggu?!.
"Eonni, Yein eonni!!!!!", suara itu langsung memadamkan lamunan Yein. Ah, ternyata Hyoin-lah yang dari tadi melambai padanya. Salahkan ingatnnya yang tak pandai mengingat bentuk tubuh milik adiknya.
"Aigoo.... Adikkuku sudah dewasa sekarang", canda Yein setelah pelukan di antara keduanya dilepaskan.
"Oh bagaimana kabar dad dan mom ? Mereka baik bukan?!".
"Hemm begitulah eonni. Dad sehat kok, yah... Meskipun sedikit encok di punggungnya setelah kita bermain tenis. Efek sudah tua mungkin", setelah menyelesaikan kalimatnya, Hyoin dan Yein tertawa bersama. Tidak menyangka jika dad yang dulu selalu menantang mereka bermain tenis lapangan, kini sudah setua itu.
"Eonni, apa kau tidak lelah berdiri seperti itu?"
Tersenyum kecil, lalu mengikuti sang adik yang sudah terduduk rapi di salah satu kursi yang terbuat dari kayu jati tua di ujung taman.
"Ah lalu bagaimana kabar mom?", Tanya Yein sambil menoleh ke samping. Menunggu jawaban si tersangka.
"Apanya yang bagaimana?" menoleh balik ke arah sang lawan bicara dengan tatapan bingung.
Klettak!
"Awww, kenapa di jitak?! Sakit taukkkk!!" memegang kepalanya yang langsung berdenyut kesakitan. Demi Tuhan, ini benar-benar sakit luar biasa.
"Kenapa masih saja bodoh sih?! Jelas jelas eonni sedang menanyakan kabar mom! Percuma kuliah di sana kalau masih saja bodoh!" Yein menggerutu sambil menampilkan ekspresi menyeramkan di wajahnya. Tak ketinggalan, kedua tangan tertangkup rapi di dadanya. padahal baru beberapa detik yang lalu kakaknya bersikap hangat dan lembut padanya, namun kini, Yein lebih terlihat seperti hulk dalam film iron man.
"Iya iya eonni. Lagian kan aku belum jadi maha--"
"Berhenti bicara itu!!! Buang-buang waktu saja. Kan aku hanya tanya bagaimana kabar mom?" dingin. Suara itu menguap di permukaan udara dengan nada yang masih dingin.
Meringis perlahan sambil memegangi kepalanya yang sakit, Hyoin tak ingin mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya. Bisa bisa kepalanya hancur jika terus terusan di jitak oleh kakaknya. Cukup jawab apa yang kakaknya minta tanpa banyak bertanya.
"O-oh bagus kok. Yah..., walaupun kadang izin tidak masuk kampus. Katanya kakinya susah buat jalan keluar rumah".
Omong omong, kedua orang tua mereka itu memang cerdas sejak awal. Tak salah jika prestasi keduanya menurun pada anak anak. Dan untuk urusan pekerjaan, dad mereka bekerja sebagai ahli bedah di salah satu rumah sakit terbesar di Incheon meski terkadang harus bolak-balik dari Korea ke Inggris. Dan mom mereka bekerja sebagai salah satu pengajar bahasa Inggris senior di salah satu universitas besar di Incheon.
Keluarga mereka kaya, tapi mereka memilih hidup sederhana seperti orang Korea pada umumnya. Dan untuk panggilan mom dan dad, itu adalah keinginan keduanya untuk membiasakan anak-anak berbicara bahasa Inggris. Tak ayal, kemampuan bahasa Inggris dua saudara Jung itu benar benar diluar kepala.
Hening. Tak ada tanda-tanda dari keduanya yang akan meruntuhkan tembok kesunyian. Hanya terdengar suara kaki yang berlalu lalang di sebelah maupun di seberang tempat keduanya duduk.
"Hei, kok melamun sih? Kamu takut ya sama eonni, eonni bercanda kok", suara yang tadi terdengar dingin, seketika berubah menjadi dentuman lembut yang menyisir pelan telinganya.
"Eonni gak mau tahu ya, pokoknya selama disana kamu harus rajin belajar. Jangan pernah ngecewain dad dengan mom. Kamu kan udah janji sama mom bakal fasih bahasa inggris seperti mom dan eonni, okay?!".
Tangan kecil milik sang kakak terulur ke arah rambut sang adik. Mengusapnya perlahan berharap sang adik nyaman dengan usapannya. Mungkin ini saat terakhir bagi Yein untuk berpelukan, berbagi cerita dan bisa mengusap lembut rambut adiknya sebelum Hyoin pergi.
Merentangkan salah satu tangan di sebelah pelipis layaknya seorang tentara yang hormat sambil terkekeh pelan, "siap kakakku yang saaaangat bawelllll".
Tertawa bersama sambil menceritakan sebuah cerita yang sebenarnya tidak perlu dibicarakan dan menghabiskan waktu bersama dari untuk bergosip ria bagi sang adik sampai sibuk mengomel panjang kali lebar bagi sang kakak.
Apa yang lebih bahagia daripada menghabiskan waktu bersama sebelum salah satu dari mereka benar-benar pergi?
Nothing.
-tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Leave 허락 [JEONGIN]
Fiksi Penggemar"Ku mohon jangan pergi" [Jeon Jungkook & Jung Yein]