Buah yang sangat asing bagi masa kecil saya dulu. Buah yang hanya mendengar pun rasanya mewah. Ya bagi saya dulu strawberry memang begitu. Saya hanya beberapa kali berkesempatan untuk mencicipinya di beberapa kesempatan saja, ketika saya kecil. Sangat ingat dulu pertama kali beli buah ini ketika ada acara Soropadan Agro Expo, mungkin sekitar 12-13 tahun yang lalu. Itupun saya beli dengan hasil menabung beberapa hari, dan menahan rasa ingin jajan ketika melihat teman-teman yang lain jajan dengan bebasnya. Hanya demi merasakan buah satu ini.
Dulu strawberry memang menjadi sesuatu yang mewah bagi saya. Mewah karena saya jarang memiliki kesempatan untuk mencecapi rasanya. Mewah karena buah itu jarang tersedia di meja makan rumah saya. Kini, strawberry memanglah masih berharga untuk saya, tapi dia tidak lagi mewah karena hampir setiap hari saya berkesempatan untuk memakannya meskipun hanya satu buah. Tapi tetap saja, pesona rasanya seperti belum luntur hingga sekarang meskipun sudah setengah tahun lebih saya memiliki kesempatan itu.
Dari strawberry, saya belajar banyak hal.
Salah satunya adalah proses. Proses bagaimana saya bisa menikmati sebuah kemewahan rasa strawberry. Berawal dari tetangga saya yang memiliki bibit tanaman strawberry, saya pun berkeinginan untuk memilikinya juga. Bapak yang kebetulan juga suka bercocok tanam, mencoba membibitkan satu untuk kami kembangkan. Bermodalkan satu gelas berkas air mineral dan tanah, bapak menadah solor dari tanaman strawberry tetangga yang tentunya sudah atas izin yang punya. Dari satu pohon itu, bapak merawatnya dengan sangat baik saya rasa, karena ketika saya pulang kami sudah memiliki belasan tanaman strawberry. Dulu memang saya tidak melihat proses awal bapak mulai mengembangkan tanaman strawberry kami karena saat itu saya masihlah mahasiswa tingkat akhir yang hidup di perantauan dan hanya pulang sesekali saja. Satu tanaman strawberry kini sudah menjadi sekitar tiga puluh, dan saya pun sudah berhenti menghitung berapa buah strawberry yang sudah saya nikmati. Rasanya pun memuaskan, dalam artian bukan hanya memanjakan lidah tetapi juga mengenyangkan batin. Setiap memakannya saya selalu mengingat bagaimana tanaman-tanaman itu dirawat tiap harinya sehingga bisa menghasilkan buah yang bisa saya nikmati.
Mungkin itulah yang dimaksud dengan nikmatnya sebuah proses. Bagaimana tanaman strawberry kami yang setiap hari mendapatkan perhatian terutama perhatian dari bapak yang merawatnya seperti membesarkan anaknya sendiri hahaha :D
Maka tak heran tanaman strawberry kami selalu berbuah, seakan-akan mereka tak pernah libur menunjukkan pada saya bahwa hasil akan sulit menghianati usaha, perhatian, dan proses yang diiringi dengan doa.Hal lain yang saya pelajari dari strawberry adalah berani dan percaya diri menjadi berbeda.
Jujur saja selama ini saya kadang bertanya-tanya kepada diri sendiri mengapa saya memiliki pemikiran yang berbeda dengan kebanyakan orang di lingkungan saya. Kadang kala juga saya merasa sedih ketika orang-orang terdekat saya melihat pemikiran-pemikiran dan impian-impian saya seperti sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan dan cenderung membuat saya terdemotivasi.
Tapi dari strawberry saya belajar bahwa kita tidak perlu merasa takut untuk menjadi unik, menjadi berbeda. Kadang kala keunikan dari diri kita itulah diri kita sebenarnya. Perbedaan yang kita miliki dari orang lain itulah yang membuat kita spesial. Seperti bagaimana setiap harinya saya terkagum-kagum dengan bentuk buah strawberry kami yang berbeda-beda dan unik. Kita bukanlah berbeda, tapi kita hanya spesial saja, kita unik dan setiap orang menarik dengan segala keunikannya.
Tidak jarang sesuatu yang unik dan berbeda memberikan lebih banyak manfaat bagi siapapun yang bisa melihat sisi positif dari sebuah perbedaan dan keunikan. Layaknya buah strawberry yang memiliki bentuk berbeda dan lebih kecil dari strawberry pada umumnya tetapi dia memiliki rasa manis yang tidak disangka-sangka. Atau strawberry yang memiliki bentuk upnormal tapi dibalik ke-upnormalannya itu dia menyajikan sebuah keindahan dari perbedaan.
23.06.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Vita's Journal: What I Thought Today
Non-FictionSaya memulai work ini sebagai salah satu pengisi waktu luang. Lebih dari pada itu, melalui work ini sayaingin menyampaikan pemikiran-pemikiran dan perspektif yang selama ini hanya mampu bertahan di pikiran saja tanpa mampu saya keluarkan dengan beba...