Langit. Terasa dekat, tapi ternyata kita pun sulit untuk menggapainya. Saat kita sudah merasa ada di dekatnya, kita pun tak bisa menyentuhnya. Terasa jauh, karena kita tak pernah tahu dimana ujung dan pangkalnya. Serupa tapi tak sama. Sangat dinamis, berubah setiap detiknya. Ya. Kita memandang langit yang sama setiap harinya tapi dia akan selalu berubah sesuai kemauannya.
Langit. Kadang menjadi sebuah alasan yang memotivasi, kadang pula dia terasa membebani. Satu ketika, serasa kita bisa menakhlukkan dunia dan berkata kepadanya bahwa dia akan membawa hari yang berbeda di esok hari. Kadang juga, dia tak mampu lagi menjadi alasan untuk kita bisa mengangkat kepala dan menatapnya. Seolah-olah langit runtuh dan semua beratnya ada di pundak kita. Membuat kita menangis dan bersedih di bawah tatapannya.
Langit kadang bisa menjadi satu alasan kebahagiaan bagi seseorang, tapi dia juga bisa mendatangkan kesedihan bagi yang lainnya. Kala dia membawa warna biru dengan serat-serat putih indahnya, dia mampu membuat seseorang tersenyum melihatnya. Kala dia membawa mendung pekat kelabu, diapun bisa membawa rasa bahagia dan damai bagi sebagian lainnya. Seperti bagaimana dia mendatangkan hujan yang membahagiakan bagi petani yang menantikan hujan untuk tanamannya, dan hujan yang mendatangkan duka bagi seseorang yang gagal berkencan karenanya. Tapi yang pasti, dia baik untuk kita semua.
Langit. Dia selalu menaungi tanpa memandang siapa kita. Sama, tapi nyatanya berbeda. Di satu sisi dia selalu melihat kebahagiaan ada di naungannya. Di sisi lainnya, dia melihat duka nestapa yang tak pernah usai. Kadang diapun bertanya-tanya, bagaimana bisa di waktu yang sama manusia bisa menjalani kehidupan yang sangat berbeda? Sebagian mereka tersenyum dan tertawa, hidup dibawah sinar mentari dan kadang bermain gerimis, pergi bekerja dan berbahagia. Sebagian lainnya menangis dan bersedih, hidup di bawah hujan peluru dan harus terus berlari dan bersembunyi dari sesamanya yang bertingkah bagai jagal bagi mereka. Hal yang menyedihkan baginya, karena tak semua manusia menyadari penderitaan sesamanya, bahkan sebagian dari mereka menjadi alasan bagi penderitaan sesamanya itu.
Langit. Dia selalu memiliki warna yang berbeda, dan dengan magisnya dia akan mempengaruhi emosi sebagian manusia. Kala dia ceria dengan warna birunya, banyak orang akan keluar dengan berbahagia untuk bermandikan cahaya. Kala dia diselimuti oleh awan kelabu, dia mendatangkan kekhawatiran bagi sebagian manusia. Kapankah langit akan menurunkan hujannya, apakah dengan segera, ataukah masih ditunda, ataukah ini hanya sebuah kekhawatiran saja. Kadang juga, manusia harus bersembunyi darinya. Ketika sisi tegasnya nampak seolah-olah memberikan peringatan pada kita semua bahwa tidak semua orang berbahagia, tidak semua orang seberuntung kita yang dapat dengan bebas dan bahagia menatapnya. Kala dia mendatangkan awan hitam dengan hujan badai dan petir. Tapi ketika semua itu telah usai, dia juga mendatangkan warna-warni kebahagiaan, seolah-olah mengatakan pada sesiapa saja bahwa semua penderitaan dan kesedihan akan segera berlalu dan digantikan dengan kebahagiaan yang indah seindah pelangi yang muncul setelah badai.
Pagi di kala mentari mulai keluar dari peraduannya, langit menyuguhkan pertunjukan indahnya. Beragam aura ditampilkannya mulai dari merah jambu, ungu, hingga, kemerahan. Di kala senja mulai tiba, tak lupa dia memberikan aura yang menghibur kita. Warna jingga yang cantik untuk mengiringi sang mentari yang beranjak kembali ke peraduannya dan seperti sebuah penghiburan bagi manusia yang seharian ini telah bekerja keras, seolah-olah dia mengatakan bahwa
"Hari ini kamu telah melakukan yang terbaik. Beristirahatlah dan berbahagialah. Hari esok adalah hari yang baru".
Di kala malam tiba, dia memberikan pertunjukan megah alam semesta. Dia memperlihatkan kepada kita sesuatu yang tak bisa kita lihat dalam terangnya siang, bintang-bintang. Kerlap-kerlip cantiknya bintang kadang membuat kita ingin menjadi seperti mereka yang cantik gemerlapan dalam kelamnya langit malam. Tapi langit bukan hanya menginginkan kita semua ingin menjadi bintang dalam setiap langkah kita. Di balik cantiknya gemerlap bintang, langit malam yang gelap mengajarkan kita bahwa bintang takkan terlihat bersinar gemerlapan jika tidak ada langit yang berwarna gelap. Jika langit egois untuk tetap memberikan warna terang bagi manusia, bintang-bintang di alam semesta ini tak kan terlihat sangat menakjubkan bagi kita semua. Langit di kala malam ingin mengatakan pada kita bahwa
"Kamu tidak harus selalu menjadi bintangnya, menjadi langit gelap yang menjadi latar bintang untuk bisa bergemerlap pun adalah satu hal yang besar. Setiap kamu memiliki perannya masing-masing. Dan lebih dari pada itu, semua manusia berhak untuk berbahagia di setiap langkah hidupnya."
03.06.2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Vita's Journal: What I Thought Today
Non-FictionSaya memulai work ini sebagai salah satu pengisi waktu luang. Lebih dari pada itu, melalui work ini sayaingin menyampaikan pemikiran-pemikiran dan perspektif yang selama ini hanya mampu bertahan di pikiran saja tanpa mampu saya keluarkan dengan beba...