Sudah lama rasanya aku tidak menulis di sini. Lagi-lagi sebuah komitmen yang kuhianati sendiri.
Tapi kalau kalian mengamati, akhir-akhir ini aku berubah menjadi tipe yang lebih singkat. Ya. Puisi. Di beberapa waktu ini aku kembali membuka memori-memori lama. 9-10 tahun yang lalu, ketika aku belum menjadi aku, ketika aku masih berekspresi tanpa takut tergerus kata trendy.
Kalau di ingat-ingat, aku sebenarnya adalah benar-benar tipe manusia humaniora. Lebih banyak menikmati seni dan budaya daripada hitungan matematika, fisika, dan rumus kimia yang memusingkan kepala. Aku tersadar bahwa mungkin saja selama ini aku sudah jauh tersesat.
Aku ingat, sejak kelas 3 SD aku sudah mengikuti kompetisi seni. Nembang alias menyanyikan lagu tradisional Jawa. Dulu tembang yang paling sering kulantunkan adalah "Gambuh" dan "Dhandhang Gula". Bahkan saat ikut pesta siaga di kelas 5, selain menjadi ketua regu aku juga menjadi orang yang dipercaya untuk mewakili regu dalam penilaian di pos nembang. Bahkan aku ingat, lomba terakhirku di masa SD adalah lomba menulis kembali dan menceritakan kembali karya non-fiksi yang judulnya "Sungai Ayung". Meskipun aku tak pernah mendapat gelar juara tapi aku ingat betul kala itu aku bahagia dan merasa terhibur karenanya.
Masuk SMP pun masih belum begitu jauh beda. Lomba yang pertama kuikuti adalah nembang. Aku juga pernah maju dalam kompetisi baca puisi dan mengarang pusi. Meskipun lagi-lagi belum bisa mendapatkan juara di bidang ini. Kalau mengingat masa SMP benar-benar masa yang tak terlupakan. Bagaimana transisi diri hingga menjadi aku yang sekarang dimulai dari SMP. Kalau diingat-ingat aku dulu juga sama saja, tipikal anak remaja yang lagi puber dan labil.
Menariknya, ketika beberapa waktu yang lalu aku membuka-buka kembali buku agenda lamaku aku menemukan bukti-bukti kelabilanku yang bisa dibilang cukup positif. Haha. Aku menemukan puisi-puisi yang pernah kutulis dulu. Bagaimana penggambaran perasaan seorang perempuan remaja yang mulai suka dengan lawan jenisnya. Bagaimana seorang perempuan remaja yang bingung akan siapa dirinya. Bagaimana perempuan remaja yang merasa kesepian.
Jujur saja sebenarnya ketika membacanya aku tertawa. Bahkan tertawa terbahak-bahak. Wah, ternyata dulu aku sampai seperti itu ya. Mungkin orang-orang yang baru mengenalku di bangku kuliah mereka tidak akan pernah menyangka bahwa aku pernah ada dalam masa "kelam" menjadi remaja alay seperti itu. Tapi karena itu aku menemukan sebuah asumsi baru, "Kalau nggak banyak pengen tahu bukan remaja namanya. Kalau belum alay belum pernah puber". Haha. Asumsi yang tak berdasar, jangan terlalu dipedulikan ya.
Ketika membaca tulisan-tulisan lamaku aku juga kembali menyadari. Oh iya ya, aku ini memang tipe orang yang suka nulis. Terutama puisi. Kalau diingat lagi, bisa dikatakan masa SMP-SMA itu merupakan masa kejayaan puisi di kehidupanku. Betapa orang-orang mengenali suaraku saat membaca puisi. Bahkan katanya kalau aku membaca puisi, suaranya bisa sampai terdengar di kelas-kelas sebelah. Bagi yang pernah sekelas denganku di masa SMA mungkin akan mengingat gaya khasku dalam membaca puisi. Buang teks saat membaca baris terakhir di bait terakhir. Kalau diingat-ingat aku menjadi malu. Kok dulu aku bisa sangat PD seperti itu.
Aku seperti benar-benar melupakan hal-hal itu pernah ada dan menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Masa kuliahku yang diisi dengan organisasi, asisten dosen, dan mengejar hal-hal berbau akademik menghapuskan hal-hal indah itu dari ingatanku. Tapi dengan membuka kembali memori-memori lama yang tertulis di buku agendaku membuatku kembali tersadar. Ada sisi lain dari diriku. Sisi diriku yang penuh dengan rasa yang bergelora dan mungkin melankolisme nyata yang selama ini tertutupi oleh determinasi niat menjadi seorang perempuan hebat dan kuat. Hahahaha.
It's good to see it again. It's good to remember. Bahwa seni dan menulis adalah bagian dari hidupku yang tak boleh kulupakan lagi. Ku kira juga setelah sekian lama aku tak menulis untaian kata sarat akan makna menjadi bait-bait yang padu menjadikan aku sulit untuk bisa kembali menapaki jalan itu. Tetapi sepertinya diriku mempunyai cara sendiri untuk mengingatnya. Dan sekali aku mencobanya, tiba-tiba saja aku sudah memenuhi beberapa halaman buku agendaku. Dari sini juga aku sadar bahwa menulis adalah hal yang penting, wajib kulakukan, dan memang menjadi bagian dari diriku. Betapapun buruknya kualitas tulisanku, betapapun tak menariknya itu, bagiku itu bukan hanya sekedar tulisan untuk dinikmati. Tapi itu adalah sebuah memori. Pengingat yang sewaktu-waktu bisa kubuka lagi, kubaca lagi, dan membantuku kembali pada jalanku.
Anyway, ada juga puisiku yang sudah terbit di IDN times. Bagi yang belum baca langsung aja yuk, baca puisi-puisiku bisa langsung cek idntimes.com/diyah-novitasari
23.08.2020
![](https://img.wattpad.com/cover/227794307-288-k212804.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Vita's Journal: What I Thought Today
Literatura FaktuSaya memulai work ini sebagai salah satu pengisi waktu luang. Lebih dari pada itu, melalui work ini sayaingin menyampaikan pemikiran-pemikiran dan perspektif yang selama ini hanya mampu bertahan di pikiran saja tanpa mampu saya keluarkan dengan beba...