-Extra Part 1-

221K 11.4K 1K
                                    

Hai...

Apa kabar?

Ternyata nama Gia di part awal ada Diandara-nya. Giani Diandara Altameiro, aku lupa dan malah ganti jadi Giani Noveli Altameiro di part akhir karena aku kira namanya cuma Giani Altameiro😅

Tenang, semuanya akan direvisi nantinya.

Adakah yang menanti versi cetak dari KIASA???

Happy reading ya.

❄❄❄

"Selamat pagi." Sapaan pertama yang aku dengar begitu mataku terbuka. Wajah datar suamiku dipagi hari benar-benar tidak memberi energi apapun. Haha.

Mas Satria mendekatkan tubuhnya membuat aku yang belum sepenuhnya sadar spontan menahannya. "Anaknya nanti kegencet." Seingatku si kembar subuh tadi tidur di antara kami berdua.

"Udah dipindahin." Katanya lalu mendekat kembali.

Aku memindahkan kepalaku ke atas lengan Mas Satria lalu merentangkan tanganku langsung memeluknya lebih dulu. Kepalaku bersandar di dadanya. Aku menghirup aromanya yang sangat aku sukai.

Tangan besarnya naik merapikan helaian rambutku yang berserakan karena pergerakanku yang terus ndusel di sekitaran dadanya.

"Kepala kamu gak bisa diem?" Tanyanya, aku terkekeh lalu menghentikan pergerakanku.

Hening beberapa saat. Mas Satria masih asik dengan tangannya yang menari-nari disekitar wajahku.

"Cantik." Ujarnya tiba-tiba.

"Aku?" Tanyaku ragu.

Dia mengangguk. "Iya."

Aku rasa ini pertama kalinya dia mengatakan aku cantik. Apa aku harus mengadakan syukuran untuk pencapaian yang baru saja aku raih? Selama ini dia selalu ngatain aku jelek.

"Tumben, jujur gak? Biasanya kamu bilang aku jelek." Aku sedikit mendongak dan menatap matanya.

"Jujur. Kamu cantiknya semenjak ada Lio dan Lia." Semenjak ngasih dia anak gitu?

"Heleh, bilang aja mau nambah anak. Gayaan banget tiba-tiba muji gak jelas." Aku mencebik kesal.

"Dipuji salah, gak dipuji juga salah. Ribet." Mataku membelalak mendengar tanggapan Mas Satria. Suamiku mengomel? Sungguh?

"Kamu barusan ngomel, Mas?" Tanyaku dengan wajah yang masih tercengang.

"Tidak."

Hoho, dia sedang kesal saudara.

Mas Satria menjauh hendak berdiri tapi segera aku tarik tangannya membuatnya terbaring kembali di sampingku.

Aku menelungkup, menatapnya kembali. "Jadi aku cantik nih sekarang?"

"Jelek."

Kumat lagi doi.

"Yaudah jelek."

"Cantik."

"Apasih Mas?"

"Jelek." Aku mendecak karena kesal tapi setelahnya bibirku disentil.

"Sakit!" Keluhku.

"Kebiasaan!" Aku cemberut, semakin kesal tapi tidak bisa melawan. Karena terlalu sering mendecak. Mas Satria kini melarangku untuk melakukannya. Katanya tidak sopan.

"Kamu minta dicium?" Katanya begitu melihat bibirku yang sedikit mengerucut.

"Tidak." Aku mengikutinya.

KIASA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang