-09-

217K 18.2K 1.3K
                                    

Tandai typo dan kejanggalan.

Makasih ya untuk kalian yang masih penasaran dan mau nunggu cerita ini.

Lucu banget komen-komennya.

***

Setelah melewati drama perpisahan di hari minggu pagi, aku akhirnya kembali menjalani hari-hari monoton seputar kuliah dan tugas. Meskipun sesekali Gia akan menghubungiku sekedar bertanya kapan aku akan kembali tidur bersamanya.

Aku tidak pernah menjawab dengan kepastian, hanya kata 'kapan-kapan' atau 'besok ya' yang keluar.

Ketenanganku mulai diusik kembali, kini aku tengah asik membaca buku di taman kampus. Tapi Jessy yang aku pikir sudah menyerah karena merasa kalah malah kembali mengusikku.

"Gayaan banget lo ngikut Pak Satria ke wedding party. Merasa cantik lo bisa jadi gandengan Pak Satria?!" Dia duduk tepat di hadapanku.

"Gue gak paham maksud lo," kataku menanggapi. Malas sebenarnya tapi bagaimana lagi?

Dia menunjukkan foto di ponselnya yang memperlihatkan aku yang sedang digandeng Pak Satria dan juga Gia. Aku tersenyum sinis, ini toh maksud iblis di depanku.

"Trus kenapa?" Tanyaku menantang.

"Gila ya lo! Berani banget jadi orang, lo bener jual diri sama Pak Satria sampai dia mau ngajakin lo ke acara gituan?"

Aku tertawa sumbang, "jual diri? Jaga ucapan lo!" desisku mulai merasa kesal.

"Kenapa sih lo gak bisa berhenti ngejar Pak Satria?!"

"Sadar diri lo! Gue gak pernah ngejar Pak Satria, tapi sepertinya sekarang gue jadi tertarik buat ngejar dia."

Rambutku ditarik olehnya, emosinya semakin menjadi-jadi begitu mendengar perkataanku barusan. Wah gila, gak kece banget sih main jambak-jambakan!

"Lepasin!" Desisku merasa kesakitan. Tanganku memegang lengannya yang berada di kepalaku.

"LEPASIN ANJING!" Emosiku tersulut olehnya.

"Cewek gak tau diri!" Lagi, dia menghinaku.

Aku bisa saja mencakar-cakar wajahnya tapi jika ada bekas luka ditubuhnya bisa-bisa aku yang akan dituntut.

Namun sepertinya dewi fortuna memang selalu berpihak padaku, tanpa disangka Pak Satria datang menghampiri kami. Pak, Mama dari anakmu dianiaya! Tolong aku!

"Kenapa kalian ini?!" Tanyanya sambil melepas tangan Jessy dari rambutku. Jessy yang terkejut pastinya langsung pucat melihat kehadiran Pak Satria.

"Kalian berdua, ikut saya!" Aku mendecak kesal, karena ulah Jessy aku akan bermasalah lagi. Aish dasar bocah sinting.

Kami tiba di ruangannya, sedari tadi tidak ada yang ingin menjelaskan. Pak Satria yang kesal mulai mengancam masing-masing dari kami. Akhirnya aku yang menjawab.

"Pacar Bapak ini, marah dan sakit hati melihat saya yang diantar pulang, diajak makan, ditelfon dan dijadiin gandengan oleh Bapak tempo hari lalu. Setelah menghina saya tidak tau diri dan memfitnah saya jual diri kepada Bapak, dia langsung menarik rambut saya seperti yang Bapak lihat tadi." Raut wajah Pak Satria berubah kaget mendengar penuturanku. Tapi dia segera beralih pada Jessy dan bertanya tentang kebenarannya.

"Tidak Pak, Kiana berbohong. Tadi dia yang menghina saya lebih dulu makanya saya marah dan narik rambut dia." Dasar iblis! Aku memutar bola mataku malas.

"Maling mana ada yang mau ngaku, Pak."

Jessy sudah ancang-ancang akan membalasku, tapi Pak Satria dengan cepat menghentikannya. "Sudah, kali ini saya maafkan. Jangan lagi bertengkar hanya karena saya. Jessy lain kali jaga bicara kamu. Kamu bisa saja dituntut karena pencemaran nama baik. Silahkan tinggalkan ruangan saya."

KIASA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang