-17-

219K 17K 1.3K
                                    

Tandai typo dan kejanggalan.

Mau nanya kan dirumah Pak Sat ada dua ART, satu Bi Asih, satu lagi aku udah kasih tau namanya belum? Kalau udah siapa namanya? Aku lupa, pas nyari gak ketemu jadi bingung nulisnya.

Oh iya sebenarnya aku ngerasa kurang nge-feel sama wedding partynya. Silahkan di kritik aja ya part ini dan part depan. Nanti kita revisi lagi kalau aku dapat ide yang bagus.

Happy Reading.

❄❄❄

Jum'at, 19 Juni.

*sebenarnya gamau pakai tanggal kayak gini. Tapi ya menyesuaikan aja dengan undangan.

Aku sudah tiba di rumah lima belas menit yang lalu diantar supir keluarga Pak Satria. Tidak mungkin jika dia yang mengantar, kondisinya pun sama sepertiku yang sempat dipingit di rumah orang tuanya.

Besok, benar-benar besok pernikahan akan diselenggarakan. Aku melangkah masuk ke kamar yang sudah di dekorasi dengan indah.

Mengapa kamar pengantin harus susah payah di dekor? Bukan, bukan apa-apa. Hanya saja pasti tidak akan nyaman tidur di kasur yang penuh bunga seperti ini.

Aku duduk di pinggiran kasur, menatap ke setiap sudut. Kamar ini cukup kecil, tidak banyak perabotan yang bisa masuk. Hanya kasur, lemari dan kaca gantung. Sebelumnya ada meja belajar di sudut dekat jendela tapi sepertinya di keluarkan dan diganti meja rias kecil yang sepertinya baru.

Mbak Indah masuk dan duduk di sampingku. Kami diam cukup lama hingga dia membuka suara.

"Gak nyangka..."

"Iya, aku juga."

Mbak Indah tertawa ringan, "rasanya baru kemarin Mbak berebut mainan sama kamu. Sekarang sudah mau jadi istri orang saja."

Benar, usiaku dan Mbak Indah terpaut jarak lima tahun. Tapi aku selalu suka dengan mainannya. Dulu, dia punya satu boneka yang ukurannya lebih besar dari tubuhku. Tapi aku selalu merebutnya ketika bermain. Alhasil karena kesal Mbak Indah melepas tangannya yang sebelumnya memegang erat boneka tersebut yang hasilnya membuatku terjengkang kebelakang dengan posisi terhimpit boneka. Tubuhku tergolong kecil dibanding anak-anak lain seusiaku dan boneka raksasa itu sukses membuatku sulit bernafas.

Aku tertawa mengingat sepenggal kisah yang mulai samar-samar diingatan.

"Mbak, apa rasanya menikah?" Tiba-tiba saja aku penasaran.

Mbak Indah merubah posisinya menghadapku. "Menikah memang bukan suatu hal yang mudah. Menyatukan dua kepala jadi kesulitan sendiri, tapi pasangan harus sadar karena hal seperti itu memang tidak bisa disatukan. Melainkan harus beriringan bersama. Dan lagi, kamu juga harus terbiasa sama yang namanya hidup terikat. Itu tidak bisa dipungkiri, kamu harus berbagi kasur dengan orang lain, kamu harus siap melayani suamimu seutuhnya, kamu harus siap bertanggung jawab untuk rumah tangga kalian, kamu harus terbuka sebagai pasangan, apalagi posisimu ini yang sudah ada anak di tengah kalian, kamupun harus siap menjadi ibu yang baik. Semuanya punya konsekuensi Dek, dan tidak akan ada habisnya jika dipikir. Tapi asalkan kamu melakukannya dengan hati dan ketulusan, semuanya akan lancar." Aku terpaku mendengar penjelasan dari Mbak Indah.

Air mataku luruh, Mbak Indah langsung memelukku. Mengusap punggungku agar aku tenang.

"Kamu bisa, Mbak percaya kamu perempuan yang hebat dan kamu akan bahagia dengan pilihanmu!"

❄❄❄

❄❄❄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
KIASA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang