-15-

235K 16.5K 724
                                    

Tandai typo dan kejanggalan.

Lupa bilang, gak ada double ataupun triple update ya hari ini.

❄❄❄

Tiga hari berlalu, aku merasa was-was ketika masuk lingkungan kampus. Beberapa pasang mata yang mengenaliku menatapku dengan bisik-bisik asing.

Aku yakin nanti Jessy akan menyerangku lagi. Yakin seratus persen.

Rena menghampiriku yang jalan dengan sedikit cepat dari biasanya. "Santai kali Kak ipar, abaikan aja." Katanya menepuk pundakku pelan.

"Risih gue diliatin gitu." Kataku mulai berjalan normal di samping Rena.

"Tadi Bunda nitip pesan, lo habis kelas disuruh pulang sama Abang sekalian langsung ke butik." Semuanya terasa sama, meskipun jarak yang diminta dua minggu tapi tetap saja terasa seminggu.

Karena aku yang tinggal di kosan, jadi tepat satu minggu sebelum pernikahan barang-barangku sudah akan dipindahkan ke rumah Pak Satria. Bunda dan ibu setuju akan mem-pingitku di rumah bunda dari hari minggu hingga hari jum'at depan karena masih ada jadwal kuliah. Akad akan dilaksanakan di Bogor kediaman keluargaku dan resepsi di Jakarta. Aku benar-benar lepas tangan dengan semuanya, selain bingung karena semua serba tergesa, aku juga tidak paham tentang hal-hal untuk acara besar seperti ini.

Hari ini sebenarnya ada kelas Pak Satria, sungguh aku sangat ingin membolos kali ini. Tapi tidak bisa, karena peraturan yang dia buat kehadiran wajib seratus persen.

Aku duduk di sebelah Rena, posisi pojok selalu menjadi tempat paling aman dan menenangkan.

Saat kelas mulai ramai, bisik-bisik yang membahas kabar pernikahanku dengan Pak Satria semakin terdengar. Padahal kami baru bertunangan, belum menikah.

Pak Satria masuk ke dalam kelas. Suara hening kembali mendominasi.

"Selamat siang semua. Bisa langsung kita mulai kelas hari ini?" Aku tau itu hanya basa-basi ala Pak Satria. Biasanya pertanyaan seperti itu tidak bersambut tapi hari ini berbeda.

"Apa benar bapak menikah dengan Kiana?" Tanya seseorang dari belakang. Aku menoleh ke arahnya merasa kesal, ngapain nanya hal pribadi kayak gitu?

"Sebenarnya tidak etis membahas hal pribadi di kelas, tapi baiklah mungkin kalian semua memang penasaran. Saya baru bertunangan dengan Kiana Novelandra dan akan segera melangsungkan pernikahan, cukup?" Jelas Pak Satria. Pandangannya menuju padaku saat mengucap nama lengkapku.

"Apa Bapak akan adil memberi nilai kepada kami?" Oke masih ada yang bertanya.

"Saya bukan orang yang mencampur urusan pribadi dan pekerjaan. Jadi kalian tenang saja, saya tetap akan bersikap seperti biasanya saat di kelas. Tidak akan ada perbedaan termasuk dengan nilai terlepas dari status dia sebagai calon istri saya. Saya rasa cukup, sepuluh menit berlalu hanya karena membahas hal pribadi saya. Mari kita mulai kelas hari ini."

Sedikit banyak aku bangga dengan Pak Satria, sikap tegasnya dan tatapannya yang tajam mengintimidasi. Tapi masa gak bisa goyah sih masalah nilai, saat ujian aku sudah jadi istrinya loh!!

❄❄❄

Dua kelas hari ini sudah berakhir, Pak Satria mengirim pesan bahwa dia menunggu di parkiran. Aku berjalan sendirian ke parkiran mobil, sedangkan Rena ke parkiran motor. Dia sedang pendekatan dengan salah satu cowok dari jurusan teknik dan janji pulang bersama.

Aku kira tebakanku salah karena Jessy tidak menampakkan batang hidungnya sejak tadi. Tapi ternyata tidak, saat aku tiba di parkiran. Jessy keluar dari mobilnya, sepertinya dia baru menemukanku. Padahal tadi aku ke kantin kok untuk makan siang, kenapa malah ketemunya disini.

KIASA [SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang