12| Senjata Makan Tuan

5.9K 374 27
                                    


        Malam ini Mama mengundangku untuk makan malam di rumahnya. Mama yang kumaksud adalah ibu dari Andre.

Minggu siang Andre sempat bertandang ke rumahku. Lalu setelah kami merasakan jenuh usai menyelesaikan dua film bergendre komedi, Andre mengusulkan agar kami menghabiskan sisa waktu liburan di rumahnya dengan mengunjugi wanita penuh kelembutan bernama Anita Sari itu.

Setibanya di kediaman Andre, dengan sayang Mama Ani memelukku. Meluapkan kerinduan sambil berbisik, "kangen."

Ketika hari gelap dan malam hampir larut, aku pamit pulang dengan diantar Andre. Saat itulah, Mama Ani mulai mengeluh. Beberapa kali dia membujuk agar aku menginap saja. Namun, sesering itu pun aku menolaknya secara halus.

Lalu Mama Ani mengusulkan agar kami segera mengadakan makan malam. Sebagai balasan karena kami tidak pernah bertemu lagi selama beberapa bulan terakhir, kangenya belum hilang katanya.

Dengan catatan aku--tamu istimewa diwajibkan hadir.

Dan benar saja, siang tadi Andre memberi kabar lewat chat singkat via WA bahwa acara makan malamnya akan diadakan malam ini.

Sekitar pukul 7.

Sekitar tiga puluh menit yang lalu aku meminta Andre agar menunggu di sofa yang berada di ruang tengah. Dan kudapati pria itu tengah duduk menghadap layar televisi yang menyala--menayangkan siaran berita malam.

Namun, sorot matanya tak lepas menatap layar hape yang sengaja di genggam miring, kedua alis pria itu tampak hampir saling menyatu. Serius. Sementara jemarinya sibuk menyentuh layar dengan lincah. Masih belum menyadari kehadiranku, yang telah selesai berdandan dan berdiri di luar pintu kamar.

Aku menatap wajah Andre, lama. "Aku sudah selesai." Akhirnya memilih bersuara karena pria itu tak kunjung sadar kehadiranku. Andre sempat terhenyak, lalu segera mendongak dan melihat ke sini.

Andre terpaku beberapa saat, menatap lama diri ini dengan sorot mata yang sulit dijabarkan. Antara terpukau, terkejut, atau kagum, entah! Dan detik selanjutnya--tepat setelah suara dari hape terdengar, Andre melenguh panjang.

"Yah ... kalah!" rutuknya. Membuatku menatapnya heran seraya mencebik.

"Kamu lagi apa sih, sayang? Kelihatannya serius sekali," kataku seraya mendekat. Sempat menyambar remot di meja dan mematikan TV. Lalu mengempaskan diri di sisi Andre dengan kedua tangan terlipat di dada.

"Aku kalah game," keluhnya.

Aku menghela napas panjang, kukira ada hal genting apa!

"Ya sudah, sebaiknya kita segera berangkat," ujarku. Lalu lebih dulu bangkit dari sofa.

Belum juga mengayun kaki ke depan saat tubuh ini kembali terhempas di sofa, tersentak oleh tarikan di lengan oleh Andre. Tanpa bisa mengelak, kecupan singkat mendarat di bibir ini. Hanya beberapa detik. Namun, berhasil membuat tubuhku membatu dalam jangka waktu yang cukup lama.

"Calon istriku cantik." Andre memuji. Sementara aku hanya menatapnya dengan mata mengerjap beberapa kali. Tidak percaya. Aku tidak merasakan kesan apapun, kecuali perasaan ... hambar. Dan sedikit keberatan yang enggan diungkapkan.

"Ayo berangkat sekarang. Nanti Mama terlalu lama menunggu." Setelah itu baru Andre berdiri. Berjalan bersisian dengan tanganku yang diraih Andre dan dikaitkan ke lengannya.

Sepanjang perjalanan menuju rumah Mama tak ada pembicaraan berarti. Andre fokus mengendara dengan sesekali menggenggam tanganku. Hingga kami tiba di tempat tujuan.

****

       Sejak kedatanganku, kediaman Mama Ani memang sudah ramai oleh saudara Andre yang ternyata juga turut serta dalam makan malam keluarga kali ini.

MANTAN SUAMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang