22| Kesempatan Dan Keinginan Terakhir Pov. Author

5.3K 229 10
                                    

MANTAN SUAMI 22
Kesempatan Dan Keinginan Terakhir

Pov. Author

          Debam pintu menggelegar saat Alan membantingnya dengan kasar, membuat bahu Aulia tersentak akibat begitu terkejut. 

Lalu hening. 

Aulia hanya bisa terpaku di tempat seraya menatap nanar pintu yang tertutup rapat, mungkin Alan menguncinya dari dalam.

Mengatur napas demi meredam emosi yang kian meradang. Dada Aulia mendadak sesak, hingga hela napas wanita itu memburu. Alih-alih melontarkan umpatan untuk Alan sebagai bentuk pelampiasan kemarahan, Aulia lebih memilih menekuk lutut. Lalu duduk seraya melipat kaki dengan punggung bersandar pada daun pintu.

 Bertengkar dengan Alan membuat tenaga Aulia terkuras habis, membuat fisik dan hatinya lelah. Batinnya terluka.

Tes.

Bulir bening meluncur di pipi Aulia. Lantas punggung tangannya menyeka dengan kasar, bukannya kering, sekitar mata dan pipi Aulia semakin basah. Air mata wanita itu seperti aliran air sungai di bendungan yang jembol.

Aulia meraup wajahnya dengan telapak tangan. Meredam isak tangisnya sendiri.

.

        Tanpa Aulia ketahui, di balik pintu pun Alan terpekur. Tubuhnya yang semula berdiri tegak kini merosot di lantai. Pria itu menyesali perilaku kasarnya terhadap istri.

Ingin Alan membuka pintu, menatap wajah Aulia dan meminta maaf. Namun, dia belum siap menunjukkan dirinya yang begitu payah!

"Maaf ... maaf ... maafkan aku," racau Alan sarat penyesalan. 

Tanpa sadar, setetes bulir bening bergulir dari sudut mata Alan. Biarlah terlihat lemah karena menangis, pikir Alan. Bukankah dia memang lemah? Hingga tak sanggup mengendalikan keadaan dan lebih memilih untuk pasrah.

Sejujurnya, Alan pun ingin berobat agar penyakit di tubuhnya dapat disembuhkan. Namun, kenyataan berlaku sangat kejam. Bukannya pulih, keadaanya malah semakin memburuk bahkan setelah pria itu mengonsumsi resep obat yang diberikan Dokter Fahris, rutin berkonsultasi, dan sempat beberapakali dirawat.

Namun, hasilnya nihil. Tubuhnya kian hari kian ringkih. Penyakit ini benar-benar menggerogoti kesehatan Alan, hal itu membuatnya pasrah pada keadaan, dan berpikir bahwa berusaha untuk sembuh hanya akan membuang-buang waktu.

Alan, pria itu hanya ingin menghabiskan sisa waktunya. Mengganti lima tahun saat dia sempat terpisahkan dengan Aulia. Karena itu Alan tak mau berbaring sepanjang hari di ranjang rumah sakit, hal itu tak masuk dalam daftar keinginan terakhirnya sebelum meninggal nanti.

Bersama Aulia, hanya itu keinginan Alan sebelum dia benar-benar pergi.

***

Hening.

Dingin.

Dan temaram.

Kriieett ....

Derit pintu yang terbuka perlahan memecah suasana yang begitu senyap, Alan melongokkan tubuhnya keluar ruang kamar. Dan pemandangan pertama yang dia jumpai adalah, Aulia yang tengah terlelap dengan posisi terduduk dan bersandar di daun pintu.

Sesaat, pria itu terpaku memandangi wajah Aulia yang begitu tenang saat tengah tertidur. Seolah Aulia adalah wanita paling bahagia, tanpa pernah sekali pun merasa sengsara. Nyatanya tidak, Alan sangat tahu apa yang dirasakan Aulia. Khawatir, ketakutan, sedih yang seolah mengusik tak kenal waktu. Alan pun tahu, bahwa dialah yang menjadi penyebab Aulia tak bahagia. 

MANTAN SUAMI (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang