Part 15

4.2K 479 44
                                    

Bright memetik gitarnya tetapi tatapannya tampak kosong, ia masih kepikiran Win. Maksudnya, ia tidak seharusnya cemburu bukan?

Bright meletakkan gitarnya lalu menghidupkan rokoknya, ia menyalakannya dengan pemantik api lantas meletakkannya di sela-sela bibirnya.

"Aku pernah bilang kan kalo aku gak suka cowok perokok?" tiba-tiba seseorang datang, mengambil rokoknya lalu duduk di sebelahnya.

"Iya makanya kita putus, kan?" timpal Bright lalu merebut kembali rokoknya. "anyway apa kabar?"

Perempuan di sebelah Bight balas tersenyum, "baik. Kamu?"

"Sama baik juga. Kapan lo balik ke Indo?"

"Kemaren si, sengaja gak ngabarin biar surprize."

Bright hanya mengedikkan bahunya, ia mengepulkan asap rokoknya yang kemudian menyatu dengan udara di sekitarnya. Maksudnya, hey siapa yang menginginkan kejutan. Ia bahkan tidak sempat memikirkan perempuan itu semenjak bertemu kembali dengan Win.

"Kam–"

"Lo aja, kayak biasanya. Gue agak gimana gitu kalo lo ngomongnya pake aku kamuan."

"Oh oke."

"Iya tadi mau ngomong apa, hm?"

"Uhm aku sebenernya..."

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Chimon datang dari arah lain. "Pantes gue chat kaga dibales-bales. Taunya lagi pacaran."

"Eng–"

"Chimon pakabar? Gue kangen banget sama lo," teriak Grace dengan antusias lalu memeluk lengan Chimon.

Bright memasukkan gitarnya ke dalam tas lalu beranjak berdiri, "gue cabut duluan, ya?"

Bright bergegas pergi yang malah dikuti oleh Grace. Tanpa mengidahkan perempuan itu, Bright malah semakin mempercepat langkahnya.

Bright terus berjalan dan ia mulai menyadari kini ia berada di wilayah fakultas hukum, ia lalu memperlambat langkahnya sambil berharap kalau saja ia bertemu dengan Win.

Entah kebetulan atau apa, ia melihat Win sedang duduk di samping gedung perpustakaan fakultas hukum sambil mendengarkan lagu dari earphone.

"Win,"

Win melepas salah satu earphonnya lalu mendongakkan kepalanya, "Eh P'Bright. Gimana?"

"Eh... oh... Itu... ntar lo ngajar Yeji bimbel kan?"

"Kalo di jadwal si iya, kenapa?"

"Gak papa si cuma tanya aja."

"Oh oke."

Lalu Ohm datang sambil memasukkan beberapa buku ke dalam tas. Lagi-lagi Ohm, batin Bright kesal.

"Bukunya udah dapet?" tanya Win saat melihat Ohm sibuk memasukan beberapa buku ke dalan tas.

"Udah. Cabut kuy, males lama-lama di kampus. Ehh ada P'Bright sorry-sorry gue gak liat."

"Sans aja, si."

"Bright kamu jalannya cepet banget sampe aku cariin hampir gak ketemu," kata Grace setelah berhasil menghampiri Bright.

Win dan Ohm tampak kebingungan. Namun, perempuan itu dengan percaya dirinya malah mengulurkan tangan.

"Grace, pacarnya Bright."

"Oh, Win."

"Ohm."

Bright menahan diri tapi ia benar-benar tidak ingin terjadi drama dan perdebatan dengan Grace di tempat itu.

"Oh yaudah gue sama Ohm cabs duluan ya. Ntar adik lo gue kabarin langsung aja lewat chat jam bimbelnya."

Setelah Ohm dan Win pergi, Bright menarik tangan Grace lalu membawanya pergi ke tempat yang tidak banyak orang.

"Maksud lo apaan si Grace ngomong kayak gitu?"

"Emang aku salah? Kamu juga masih sayang kan sama aku?"

"Kayaknya lo salah paham deh. Gue bener-bener berusaha gak marah sama lo, tapi kadang elo tuh jadi kelewatan batas tau ga. Coba lo inget-inget siapa yang sebelum pergi bilang mau putus? Elo kan? Padahal gue udah berusaha buat mempertahankan hubungan kita."

"Yaudah si. Aku udah di sini dan kita bisa mulai semuanya dari awal lagi."

"Lo harus bener-bener belajar biar bisa dewasa mulai sekarang. Lo gak bisa seenaknya buat ninggalin seseorang dan balik lagi seolah gak ada apa-apa, karena perasaan manusia itu berubah-ubah Grace. Termasuk perasaan gue."

"Bi kamu kenapa sih? Kamu masih marah sama aku? Aku minta maaf  kalo gitu."

"Enggak. Gue gak marah sama semua yang udah lewat tapi gue gak suka sama sikap lo yang seenaknya kayak gini."

"Bright aku tahu kamu sayang banget sama aku."

"Grace jujur aja biar gue perjelas. Perasaan gue udah berubah dan hati gue udah bukan buat lo lagi. Gue harap lo ngerti karena gue gak bisa ngebohongin perasaan gue. Semenjak lo pergi, gue udah berusaha ngikhlasin elo jadi gue harap gak akan ada kesalahpahaman lagi jadi kita gak saling nyakitin perasaan satu sama lain."

Grace terdiam lalu perlahan terdengar suara isakannya, Bright lantas menarik Grace ke dalam pelukannya.

"Asal elo tau gue juga pengen selalu di sini sama lo, gue gak pengen pergi. Gue nyesel udah pergi."

"Enggak Grace lo gak salah, keputusan lo udah bener. Mimpi lo lebih berharga daripada gue. Tapi mungkin dari awal kita emang gak ditakdirin buat sama-sama."

Bright memegang kedua pundak Grace lalu merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Grace.

"Udah gak papa. Jangan nangis lagi, masa Grace yang ambisius nangis sih."

Sementara Win, ia harus sering melamun setelah itu karena entah mengapa ia merasa sakit dan dibohongi meski ia tidak tahu mengapa ia merasa seperti itu.

Be With You; BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang