Part 12

4.3K 553 15
                                    

Atas saran dari Nanon, Win akhirnya mulai mengajar di hari berikutnya. Win menatap alamat yang tertera di ponselnya untuk memastikan nomor lantai apartemen.

Kalau saja orang tuanya tahu ia mengajar bimbel, ia pasti akan dimarahi. Hei, ia bahkan tidak paham dengan materi perkuliahan dan masih sempat mengajar bimbel, yang benar saja haha.

"Permisi."
"Permisi..."

Win sudah berada di depan pintu apartemen, ia mendengar kegaduhan di dalam sana. Karena merasa khawatir, Win mencoba membuka pintu dan ternyata pintu itu tidak dikunci.

Betapa terkejutnya ia saat melihat Bright bersama dengan perempuan, terlebih lagi Bright hanya mengenakan handuk untuk menutupi setengah tubuhnya dengan posisi berada di sofa dan perempuan itu berada di atasnya.

"Maaf. Aku pi–"

"Aah kakak pasti yang mau ngajarin aku kan? Ayo masuk aja. Aku udah nunggu daritadi."

"Win?" Bright terkejut dan balas menatap Win.

Setelah meluruskan kesalahpaham kini Win berada di kamar Yeji —ralat kamar Bright, untuk mengajar.

"Nah, iya. Jadi kalau lampau harusnya kayak gini."

"Oh oke. Ah iya, kakak temennya Kak Bright?"

"Iya."

"Satu fakultas?"

"Enggak temen kampus doang. Kan beda angkatan."

"Oh kok bisa kenal?"

"Coba kamu kerjain soal ini dari nomer satu sampai sepuluh nanti pas dikoreksi sekalian kakak jelasin."

Yeji mendengus kesal tetapi tetap mengerjakan soal miliknya.

Setelah selesai, Win tersenyum bangga karena Yeji sepertinya langsung mengalami peningkatan setelah diajar olehnya.

Karena penasaran, Bright melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka. Ia melihat Win sedang mengusap rambut adiknya. Ia pun beralih menempelkan telinganya ke pintu karena penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

Karena sudah selesai, Win mengambil tas dan jaketnya lalu membuka pintu. Bersamaan dengan itu, Bright terjatuh dan tersungkur ke depan. Yeji bahkan tidak bisa menahan tawanya.

"Eh sakit gak?"

"Sakit lah pake nanya."

"Lah kok ngegas? Lo ampe jatuh begitu gimana ceritanya coba?" balas Win sambil membantu Bright berdiri.

"Udah mau balik?" Tanya Bright mengalihkan pembicaraan.

"Iya udah."

"Gue anterin ke bawah." Bright mengambil ponselnya lalu kembali menemui Yeji. "Yeji, kakak ke bawah dulu nganterin Win. Kamu di sini aja gak usah ikutan."

"Iya iya ngerti kok gue."

"Ngerti-ngerti, emang ngerti apaan?"

"Iya ngerti pokoknya mah, anjing."

"Huss gak boleh ngomong kasar. Gak malu sama Win?"

"Udah ah sono buru."

Akhirnya mereka turun ke bawah. Bright mengantar Win sampai ke basemant.

"Mobil lo diparkir dimana?"

"Itu di sana."

"Sorry ya adik gue emang kasar gitu. Makanya yang ngajar dia bimbel sering nyerah duluan saking dia bandelnya."

"Hahaha gak papa kali. Lucu malahan gue suka."

"Hah? Apa?"

"Apanya yang apa?"

"Tadi lo bilang apa? "

"Apanya yang apa?"

"Sebelum itu.  Suka apa tadi lo bilang suka sama adik gue?"

"Itu, maksudnya bukan gak suka tapi suka ya suka gitu. Oh ngerti nih gue, kayaknya elo salah paham deh."

"Bukan suka yang suka kan?"

"Bukan."

"Yaudah."

"Kenapa sih? Panik banget. Lo gak restuin gitu kalo adik lo sama gue?"

"Gak gitu. Bukan."

"Oh iya deh ngerti kok gue." Win sudah berjalan menjauh menuju ke mobilnya.

"Win!"

"Iya?" Win menengok ke arah Bright, "kenapa?"

Bright mendekat ke arah Win sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kalo cowok sama cewek baru jadian terus abis mereka jalan ceweknya mau pulang cowoknya biasanya bilang apa?"

"Apa ya? Gak ngerti gue juga, biasanya si gue bilang hati-hati atau kalo enggak gue bakal bilang jangan bandel ya besok ketemu lagi. Gitu?"

"Oh hati-hati," Bright mengatakan itu tetapi sambil bergumam.

"Hah?"

"Gak gue lagi latihan."

"Oh oke."

"Semoga besok kita ketemu lagi," gumam Bright setelah Win masuk ke dalam mobilnya.

Bright masih dapat melihat Win yang memutar mobilnya lalu membunyikan klakson.

Jangan lupa vote sama komen ya hehe. Gue nunggu 100 vote di chapter ini baru gue update lagi ya hehe

Be With You; BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang