Part 7

5.2K 644 44
                                    

"Kunci."

"Oh iya," Bright menyerahkan kembali kunci mobil milik Win.

"Kamar lo lantai berapa?"

"Enam. Elo?"

"Sama, si. Nomer berapa?" Tanya Win sambil menekan tombol lift.

"Gue sembilan belas. Elo?"

"Tujuh belas."

Suasana kembali hening sampai pintu lift berhenti di lantai tiga. Win menunggu seseorang untuk masuk tetapi tidak ada siapapun. Ia mulai khawatir lalu lekas-lekas menekan tombol agar lift segera tertutup.

Bright yang melihat wajah pucat Win malah tersenyum kecil. "Emang biasanya gitu. Malah kadang-"

Tiba-tiba terdengar suara kreek kreek dan lift berhenti, Win semakin panik.

"Malah kadang-kadang liftnya sering error," lanjut Bright.

Sebagai senior ia sudah hafal hal itu, itulah salah satu alasan kenapa ia berniat untuk pindah dari asrama. Yah, selain itu juga karena senior sebenarnya tidak disarankan tinggal di asrama.

Kreek kreek

"Aaa," teriak Win lalu tanpa sadar memeluk lengan Bright. Ia langsung memejamkan matanya karena panik.

Saat ia membuka matanya, pintu lift sudah terbuka dan mereka sudah berada di lantai enam.

Win lekas-lekas berjalan mendahului Bright. Bright yang melihat hal itu malah tertawa kecil. Bagusnya, ia jadi tahu dimana kamar Win.

Setelah selesai membersihkan diri, Win naik ke tempat tidurnya lalu memeriksa ponselnya. Namun, ia malah terus memikirkan Bright.

Berusaha menghilangkan pikiran anehnya itu, Win mengambil buku filsafat hukum dan berniat untuk membacanya. Namun, setiap kali ia membaca nama tokoh seperti Simon ia malah kembali teringat kepada Bright. Ayolah, Bright bahkan bukan sosok yang penting.

*****

"Tumben tadi telat. Napa dah? Maraton bokep ya Lo?" Tanya Ohm pas Win duduk di sebelahnya. Beruntung perpustakaan sedang sepi jadi tidak ada yang protes kalau mereka berisik.

"Pale lo, anjir. Ngerjain apaan dah, Ohm? Perasaan kagak ada tugas."

"Laporan biasa."

"Lah, kelompok Lo mana?"

"Gak tahu. Pusing gue, nungguin yang lain ngerjain yang ada kagak kelar-kelar. Dah, tinggal gue salin di flashdisk biar si New yang print."

"Yaelah, Ohm. Gue kasi tahu, ya. Lo jan sering manjain anak-anak. Kalo gitu mereka cuma bakal nunggu dipimpin, terus jadi gak bertanggung jawab. Meskipun lo sanggup tapi ya jangan lo kerjain sendiri semua, jangan ditanggung sendiri," kata Win panjang lebar.

"Iya iya. Ngerti kok gue."

"Sssstt, jangan berisik," kata Nanon tanpa mengalihkan fokusnya dari ponsel.

"Lo ngapa dah, Non? Serius amat buset," timpal Win.

"Tahu tuh si Nanon hp aja diseriusin." Ohm berusaha merebut ponsel milik Nanon tetapi tidak berhasil.

"Oh jadi Lo main thinder, Non?" Sewot Ohm sambil tertawa.

Win yang melihat keributan itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia memutuskan untuk pergi lebih dulu daripada harus diusir karena keributan teman-temannya.

Setelah keluar dari perpustakaan, Win menyadari bahwa langkahnya menuju ke fisip. Astaga, ia kan berniat untuk pulang. Karena sudah di sana, Win akhirnya memutuskan untuk membeli ultamilk strawberry kesukaannya.

Entah takdir atau apa, Bright masuk dari arah pintu bersama teman-temannya.

Win langsung memutar tubuhnya ke arah rak agar wajahnya tidak kelihatan, bisa-bisa Bright meledeknya dan mengatainya lagi kalau ia sengaja ingin bertemu dengan pria itu.

"Permisi, bisa minggiran dikit?" Tanya Bright tanpa menyadari bahwa orang yang ada di sebelahnya adalah Win.

Win langsung bergeser dan berniat menuju ke kasir. Namun, Bright sudah terlanjur menarik pergelangan tangannya. Win memutar tubuhnya dan mendapati Bright yang sedang tersenyum ke arahnya.

"Tunggu di luar bentar,"

Setelah membayar belanjaannya. Win  menunggu di samping pintu minimarketnya fisip. Ia ingin pergi tetapi ia juga penasaran mengapa Bright menyuruhnya untuk menunggu.

Bright keluar dengan dua kantong plastik besar yang berisi banyak makanan.

"Nih,"

Win balas menatap dengan bingung, "buat?"

"Buat kita. Lo simpen dulu ntar malem gue pergi ke kamar lo."

"Buat apaan, jir?"

"Buat perayaan lo tinggal di asrama sama sekalian perpisahan."

"Perpisahan?"

"Iya soalnya gue bakal keluar dari asrama. Atau..."

"Atau apa?"

"Atau Lo mau pindah bareng sama gue?"

Jangan lupa vote sama komen, ya. Biar aku makin semangat nulisnya hehe.

Be With You; BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang