Part 16

3.8K 433 9
                                    

"Non lo ngapa dah bolak balik mulu kek setrika."

"Hah? Oh iya sorry-sorry," balas Nanon lalu mengambil kaleng minuman dari dalam plastik.

"Ett jangan langsung diminum, Non." Cegah Ohm sambil menahan tangan Nanon.

"Paan lagi dah, Ohm?"

"Ini nih baca, shake before drink. Kocok dulu lah."

"Harus banget nih gue kocok?"

"Ya masa gue yang ngocokin?" sungut Ohm.

Melihat perdebatan kedua temannya, Win hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia merebahkan dirinya di kasur sambil bermain ponsel. Ah senang sekali setelah ujian.

"Nih ya gue kasih tau, Ohm. Kalo ngocok tuh pake tangan kiri, kalo pake tangan kanan tenaganya kuat ntar lecet."

"Sialan," balas Ohm.

"Kalo lo gimana Win? Pake tangan kiri? Atau..."

"Nih ngomong nih sama jari tengah gue," balas Win sambil mengacungkan jari tengahnya.

"Atau pake tangannya–"

"Mulut lo minta banget ya, Non, minta diajak silaturahmi." Malah Ohm yang sewot padahal Win masih bermain ponsel dengan tenang.

"Woy anjir gue bukan homo. Minggir najis."

"Berisik lo pada!" Win melempar bantal ke arah Ohm dan Nanon.

Setelah kelelahan kini ketiganya merebahkan tubuhnya di lantai kamar Win sambil menatap langit-langit.

Ketiganya terdiam, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Karena sesungguhnya, mereka memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui satu sama lain. Terutama Ohm.

*****

Sudah kesekian kalinya Bright menghabiskan putung rokok lalu meletakkannya sampai asbak di atas meja jadi penuh.

"Proposal kemaren udah kelar belum, Bright?" Tanya Krist basa basi padahal ia tahu yang mengurus proposal adalah Singto.

"Udah, bang."

Lihat? Benar kan Bright sedang ada masalah.

"Eh proposal yang mana ya, bang? Gue lagi gak ngehandle event apa-apa soalnya."

"Makanya fokus, Lo lagi mikirin apa si? Aturan mah ngerokok enggak sampe satu asbak penuh kayak gini. Sini bungkus rokoknya sama korek api gue sita."

Bright hanya menurut saja karena ia tidak sedang berada dalam mood yang bagus untuk berdebat.

Sesungguhnya, Bright sedang berpikir keras untuk mencari-cari alasan agar ia bisa menemui Win. Sekalian ia ingin menjelaskan kesalah pahaman yang sempat terjadi.

"Bright woy ah elah gue panggilin dari tadi ampe kering nih tenggorokan gue." Singto meletakkan satu tangannya di bahu Bright sambil berusaha mengatur napasnya karena habis berlari.

"Itu soal video buat band lo. Konsepnya ada yang mau diubah lagi gak?" Tanya Singto.

"Gak usah udah gitu aja."

"Oh terus pemainnya siapa? Soalnya gue tanyain ke anak-anak band katanya suruh ngikut elo aja soalnya lo yang bikin lagunya jadi paling ngerti yang cocok gimananya."

"Model videonya?"

"Iya."

"Gue kenal salah satu anak hukum ntar coba gue tanyain ke dia."

"Oh oke ntar kabar-kabar aja lah gampang. Duluan ya gue mau ada rapat nih." Singto tampak melihat jam lalu pergi.

Bright hanya menggelengkan kepalanya, ia hanya merasa Singto terlalu sibuk.

Setelah itu, Bright membuka layar ponselnya dengan senang hati. Iya, akhirnya dia bisa menghubungi Win hahaha.

Be With You; BrightWinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang