Prolog

214 6 0
                                    

Lapangan basket dipenuhi anak Maba, sebuah Ospek Mahasiswa Baru mulai dilaksanakan, ada panggung yang berdiri megah, juga terdengar suara sound sistem yang menggelegar. Perkenalkan ada kakak senior yang bernama Ikhsanul Fikri, lelaki dengan rambut gondrong, dengan memakai kaos hitam berdiri diantara kerumunan Mahasiswa.

Perkenalkan, namaku Axel Mahasiswa baru. Menjadi guru di kampus ini adalah cita-cita Axel. Berangkat dengan niat yang baik. Dulu, juga baru lulus SMK Taman Siswa. Memakai kemeja putih dan celana hitam, agak sedikit malu-malu mengenakan kartu nama yang terbuat dari kardus yang sengaja dikalungkan di leher.

"Ini kenapa tidak dipakai kartu namanya?" Kata Fikri yang menjadi kakak seniorku mencoba untuk berkeliling diantara kerumunan Mahasiswa lainnya.

"Oh, Iya Kak" kata Axel

Panggil saja Fikri, lelaki pertama yang dikenal Axel dengan sepatu pantovel tinggi berdiri tegak dan bersuara lantang. Sembari mengepalkan tangan kirinya.

"Baiklah, kalian di sini adalah Mahasiswa baru, selamat bergabung dan perkenalkan nama saya Ikhsanul Fikri, bisa dipanggil Fikri. Saya berasal dari Palembang" tutur Fikri di depan kerumunan Mahasiswa.

Aktivis kampus yang berkecimpung dan berdiri lantang menyuarakan aspirasinya.
"Hidup Mahasiswa...!!" teriak Fikri

"Hidup...!!" balas Axel yang diikuti Mahasiswa lainnya serempak.

"Sudah, cukup basa-basinya, kamu niat caper ya, Pet?" Tanya Fikri

"Apaan sih, Fik" kata Peter

"Katanya kamu mau jadi vocal, itu Sanda sudah nungguin kamu di depan panggung" lanjut Peter

"Lah, kamu juga ndak mau latihan kemarin. Mintanya lagu bendera kuning. Kamu ndak lihat aku sedang apa?" Tegas Fikri menunjukkan senioritasnya.

"Iya, Iya Fik, Hah..kamu Fik!!" Keluh Peter dengan nada agak sedikit sewot.

"Sudah, kalian ngapain lihatin kita berdua di depan. Ada yang lucu?" Kata Fikri mencoba menenangkan Mahasiswa baru yang mulai berisik dan tidak kondusif.

Peter menuju menghampiri Sanda yang ada di pinggir lapangan, di bawah lampu temaram. "Piye, Nda. sido manggung opo ora?" (Bagaimana, Nda. Jadi manggung apa tidak) keluh Peter yang melihat Fikri seniornya sedang ngambek.
"Iya, jadi." Kata Sanda

Dosen-dosen sudah kembali dan meninggalkan lapangan, tinggal anak-anak Mahasiswa baru yang ada di lapangan. Acara selanjutnya yakni panggung hiburan, kakak senior sedang performance di atas panggung.

Sriing...

Terdengar nyaring suara sound sistem menggelegar, suaranya memekik, membuat gendang telinga mau pecah saja. Suara pedal drumb mulai dihentak-hentakkan. Juga suara bass, mulai terdengar menggema.

"Kamu mau kemana?"

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Axel dari belakang, rupanya Wahyu melarang Axel untuk maju ke depan panggung. Ada Bu Heni yang barusan keluar dari kerumunan Mahasiswa baru.

"Axel, jangan terlalu dekat!" teriak Wahyu mencoba menarik lengan Axel.

"Kamu mau joget" ucap Axel

Rupanya Axel berasumsi kalau ini panggung acara hiburan, dengan artis montok, cantik jelita, dan siap menggeol pinggulnya dengan aduhai. Rambutnya yang panjang membuat tidak fokus audience yang ada di depannya.

"Loh, itu kan kakak senior yang tadi tanya kartu namaku" kata Axel.

"Iya, makanya kamu di sini saja" kata Wahyu.

"Iya, baiklah" kata Axel menurut.

"Kamu mau joget pogo-pogo?" Tanya Wahyu.

"Ndak, aku takut kena tendang, kena sikut. Aku pikir tadi musik dangdut" kata Axel mengaduh.

MENALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang