°• 39 : Transplantasi •°

34 21 3
                                    

"Kamu itu kuat meski diikat seribu kawat."
RavaShyam

°•°•°•°

"Ra, ayah udah dapet pendonor yang cocok buat Alea. Jadi kamu gak usah susah payah ngurusin ayahnya." Ujar Artha pada Rava yang baru keluar dari ruangan karena Alea sudah tertidur.

"Yaudah, berarti aku harus bayar administrasinya dulu ya, Yah. Makasih Yah."

"Iya Ra.."

Administrasi untuk operasi telah dibayar oleh Rava dan operasinya akan dilaksanakan lusa. Rava kembali masuk ke ruangan Alea dan mengusap kepala Alea. Gadis itu tengah tertidur, namun ia terbangun.

"Kok kamu belum tidur? Inikan udah malem." Tanya Alea pada Rava.

"Bentar lagi aku tidur kok, aku cuman mau bilang besok kamu bakal jalani tes pra-operasi dan lusa kamu dioperasi, kamu siap?"

"InsyaAllaah aku siap, tapi nanti pas operasi kamu harus ada sama aku ya?"

"Iyaa aku bakal sama kamu kok, tenang aja.. sekarang kamu tidur nanti aku tidur disana." Rava menunjuk sofa yang berada di pojok ruangan.

"Yaudah, Goodnight, my jumpscare boy!"

"Kok my jumpscare boy?"

"Karena pertama kali aku deket sama kamu, kamu itu kaya pilem hantu bikin kaget sama jantung deg-degan."

"Itu semua karena cinta.. hahaha.."

"Pede, emang muka kamu nyeremin."

"Kek setan?"

"Kaya lentenir.. hehe.." Alea tertawa padahal dalam hatinya Rava itu tampan dan wajah yang sejuk.

"Yeuuu dasar hahaha, udah tidur.. Goodnight too my little wings.."

Alea tersenyum dan memejamkan mata. Di sepertiga malam ia mendengar suara merdu seseorang melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Alea membuka mata dan melirik ke arah Rava yang duduk di atas sajadah sambil mengaji.

"Makasih Rava.." Ucapnya dalam hati dengan air mata yang tak terbendung.

°•°•°•°

Rava terbangun dan melihat Alea yang masih tertidur. Ia membuka tirai jendela dan matahari pagi langsung menyinari wajah Alea.

"Aduh maaf, silau ya?"

"Gapapa kok, lagian udah pagi."

Suster datang dengan membawa sarapan dibaki yang ia bawa.

"Biar saya aja, sus."

"Oh baiklah, saya permisi."

"Oke sis eh sus.."

"Ih kamu.." Alea tersenyum.

"Kamu harus sarapan tapi harus cuci muka dulu. Pamali kalo belum cuci muka, jorok."

"Iyaa Rava.." Rava menuntun Alea ke kamar mandi dan kembali ke tempat tidur.

"Seger?"

"Iyaa.."

"Yaudah sekarang kita mulung."

"Pfft... Kok mulung?" Alea menahan tawanya.

"**Muka mulut jang lambung, alias sarapan. Haha.."

**(Buka mulut buat lambung,)

"Haha kamu bisa aja, yaudah bismillaah."

"Iya kaya aku pinang kamu pake bismillaah."

"Ih dasar.."

"Yaudah buka mulutnya, a....."

Sesuap demi sesuap telah masuk ke mulut kecil Alea. Terkadang diselangi dengan candaan Rava, mulai dari mengibaratkan sendok pesawat terbang bahkan sampai lumba-lumba.

Sesekali Alea menahan tawa karena ia takut tersedak. Namun, karena Rava luka ditinggalkan ibunya perlahan terobati dan kini ia takut kehilangan lagi.

"Ra, Arkhan gimana?"

"Arkhan ada dirumah, ia betah banget sama bibi trus sama mama juga, Arkhan gaboleh ke rumah sakit karna masih kecil."

"Yaudah, salam buat Arkhan ya kalo kamu pulang, bilangin teteh kangen banget sama Arkhan."

"Sama aku? Kangen ga??"

"Kan ini udah ketemu."

"Tapi masih kangen."

"Ihh, apasi kamu.." Alea menarik hidung mancung Rava dan membuat Rava pura-pura meringis kesakitan.

"Aww sakit tau.."

"Beneran sakit? Ihh maaf aku bercanda.."

"Tapi boong, udah makan lagi, ntar aku salamin ke Arkhan."

Alea sedikit kesal namun ia merasa senang. Sesendok bubur kembali masuk ke mulut kecil Alea.

RALEA'S STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang