15. Hari Kedua

198 14 5
                                    

Disisi lain, Dimas begitu cemas. Entah apa yang terjadi nanti sore. Sedangkan Kia tersenyum miring.
"Gue ikutin permainan lo anak bodoh."

***

"Nanti sore kita ada latihan futsal,"ucap Frans datar.

"Lah, urusannya sama kita apa?"tanya Lia judes.

"Jadi, gue mau lo pada harus jadi babu kita pas latihan futsal. Layani kami bak seperti raja,"ujar Frans tersenyum miring.

"WHATT?!"seru geng Gypsy bersamaan.

"Gila lo!"sentak Sinta.
"Ogah gue!"ucap Hanna.
"Dih, mana mau gue, pasti keringat lo semua bau!"ucap Jesyca menutup hidungnya.
"Nah bener tuh,"ujar Lia yang ikut-ikutan menutup hidungnya.
"Ho'oh pasti bau asem,"jawab Nadin polos.

Seketika tawa geng Gypsy pecah.

"Anjir ngakak gue!"ucap Gista disela-sela tawanya.

"Manis banget,"batin Lian.

Geng Seven Warrior kesal melihat geng Gypsy mengejeknya.

"Diem deh lo pada,"ucap Rivan kesal dengan geng Gypsy.

Lagi-lagi geng Gypsy tertawa terbahak-bahak.

"Kalo ngomong jangan sembarangan dong, keringat kita ini wangi asal lo pada tau aja,"ucap Ozi dengan pedenya.

"Nah bener, yang bau itu keringatnya Dipa,"ujar Said sambil melirik Dipa.

"Sialan lo."jawab Dipa menatap Said sinis.

"Berisik!" Frans menatap tajam Dipa dan Said.

"Kita tunggu kalian pulang sekolah,"ujar Lian tersenyum miring.

"BODOAMAT!"seru geng Gypsy berlalu pergi dari rooftop.

Setelah geng Gypsy pergi meninggalkan geng Seven Warrior, tapi tidak dengan Kia yang masih setia berdiri di hadapan geng Seven Warrior sambil tersenyum smirk.
"Masih nggak ngerti juga rupanya,"ucap Kia tersenyum miring.

"Lo nggak usah sok deh, lo pikir kita bodoh,"balas Lian kesal.

"Kenyataan,"jawab Kia datar.

"Gue tau lo cuma nakut-nakutin kita."sahut Frans.

Kia yang mendengarnya tersenyum miring. Untuk apa dia menakut-nakuti mereka, kurang kerjaan sekali bukan?
"Gue ikutin permainan lo anak bodoh."ucap Kia pergi meninggalkan rooftop.

Hening, tidak ada yang bersuara. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.

***

"Pokoknya gue nggak mau jadi babu geng Seven Warrior!"kesal Hanna melipat kedua tangannya.

"Lo pikir lo aja, gue juga kali,"Lia memutar bola matanya malas.

"Bukan cuma lo berdua, tapi kita semua,"sahut Sinta.

"Nah bener tuh,"ucap Nadin mengangguk-anggukkan kepala.

THE GENK OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang