Sudah hampir dua minggu Hyura menjalani harinya dengan kondisi yang bisa dibilang menyedihkan. Wajahnya jauh lebih kusut, tubuhnya yang ramping menjadi semakin kurus, matanya selalu terlihat memerah dan sembab, bahkan kantung mata mulai menghiasi wajahnya.
Bagaimana tidak? Sudah dua minggu berita jatuhnya pesawat itu diumumkan namun belum ada tanda-tanda mereka menemukan tubuh Chan. Penumpang lain yang hilang bahkan telah ditemukan satu persatu.
Selama dua minggu itu pula, kerabat Hyura terus berdatangan mengunjunginya. Entah itu Jihoon ataupun Heejin. Bahkan ibu Hyura sudah menginap selama dua minggu ini, ibu dari Chan pun pada awal munculnya berita itu sempat tinggal beberapa hari di Korea. Sebelum akhirnya kembali ke Australia, kedua adik Chan juga harus segera sekolah karena sedang musim ujian kenaikan.
Sapuan hangat di bahu Hyura sukses membuyarkan lamunannya, tepat di depannya sang ibu sedang tersenyum menatapnya.
"Hyura sayang, ayo makan dulu" bujuknya.
"Tidak mau"
"Ayo makan, kau bisa sakit nanti"
"Biarkan. Aku bahkan tidak tahu sekarang Chan sedang kesakitan atau tidak. Dia sudah makan atau belum, hiks"
Lagi-lagi air mata itu jatuh menetes, ia tidak pernah membayangkan hidupnya tanpa Chan akan berakhir sekacau ini.
"Kalau Chan tahu kau seperti ini dia pasti sedih. Ayo makan, kau butuh energi untuk mendoakan Chan. Mereka sedang berusaha mencarinya, dia pasti akan kembali padamu"
Hening, hanya isakan tangislah yang masih jelas terdengar. Membuat sang ibu menghembuskan napas pasrah lalu meletakkan nampan berisi makanan itu di nakas.
"Makan ya? Ibu akan memanggil Heejin untuk menemanimu, ibu harus pulang membersihkan rumah. Besok ibu ke sini lagi"
Tak ada jawaban yang ibu Hyura terima, membuat wanita paruh baya itu lagi-lagi menghembuskan napas pasrah lalu meninggalkan sang anak.
======
'Cklek'
Hyura menoleh ke sumber suara mendapati sahabatnya, Heejin telah berdiri di pintu kamarnya menatapnya tajam.
"Ish! Makan! Lihat supnya sudah dingin!"
Heejin langsung saja masuk tanpa dipersilahkan oleh Hyura.
"Kalau kau diam saja, tidak akan membuahkan hasil apapun. Makan! Setelah itu kita ke gereja"
Heejin yang gemas sontak meraih nampan itu dan mulai menyuapi Hyura secara paksa. Membuat yang disuapi tersentak kaget lantas memukul lengan sahabatnya itu.
"Aku bisa makan sendiri!"
"Akhirnya kau mau bicara, tidak seperti mayat hidup" sindir Heejin.
Hyura hanya merotasikan bola matanya malas dan memilih menurut untuk mengisi perutnya.
======
Hyura menyatukan kedua tangannya seraya memejamkan mata. Ya, sahabatnya itu benar-benar membawanya ke gereja.
"Tuhan, aku tahu aku banyak melakukan dosa. Bahkan aku merasa tak pantas untuk meminta pertolongan kepada-Mu. Tapi untuk kali ini saja, aku memohon kepada-Mu. Tolong lindungi Chan, suamiku, dimanapun dia berada. Tolong jaga dia, aku menitipkan dia kepada-Mu. Dan tolong segera pertemukan kami, a-aku, hiks-"
Sial, air mata Hyura kembali menetes, namun ia segera menghapusnya untuk melanjutkan kalimatnya.
"Aku mencintainya, Engkau bisa lihat betapa hancurnya aku tanpa dia. Kumohon, kabulkan doaku, Amen"

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CAPTAIN [Bang Chan] ✔
RomanceBaginya, Chan seperti ketujuh cahaya pelangi yang datang setelah derasnya hujan.